Gubernur Kalimantan Barat (Kalimantan Barat) Sutarmidji panggilan Batik Air membawa 5 penumpang positif Corona ke Pontianak beberapa waktu lalu. Ahli epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika mengatakan penyakit itu membahayakan penumpang dan awak kabin.
“Sangat berbahaya ketika positif dibawa masuk,” kata ahli epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika. detikcom, Sabtu (26/12/2020).
Laura menunjukkan sirkulasi udara di kabin. Dia bertanya-tanya apakah Batik Air teknologi bekas Filter partikulat efisiensi tinggi (Hepa) di kabinnya.
“Jadi lalu lintas di pesawat ini sudah pakai filter Hepa? Kalau tidak mengandalkan AC saja ada potensi mulek istilahnya udaranya ada di dalam. Jadi kalau punya Pakai teknologi filter Hepa, bisa diminimalisir, ”ujarnya.
Filter Hepa merupakan filter udara yang dipasang di dalam pesawat untuk mengatur aliran udara di dalam kabin pesawat. Alat ini dikatakan efektif mencegah penularan virus Corona di pesawat.
Jika tidak ada teknologi filter Hepa, akan sangat berbahaya jika terlalu lama berada di pesawat. Terutama berada di sekitar pasien positif Corona.
“Karena kita tahu potensi penularannya lebih lama dari 15 menit. Jadi kalau pun beraktivitas di dalam ruangan (apalagi dengan orang yang positif Corona) tidak bisa lebih dari 40 sampai 45 menit. “, apakah dia menyatakan.
Menurutnya, pemerintah harus melakukan penelusuran secepatnya agar virus dapat segera dikendalikan. “Perlu ditracing juga 20 orang (penumpang lainnya), ”ujarnya.
Griffith University, ahli epidemiologi Australia Dicky Budiman mengatakan risiko tertular di pesawat itu peluangnya kecil. Dicky mengatakan itu karena pesawat contemporary sudah memiliki sistem filter Hepa.
“Risiko terinfeksi di dalam pesawat rendah karena udara pesawat present day ini mengedarkan udara bercampur dengan sistem udara segar fashionable dengan mendaur ulang udara melalui filter Hepa,” kata Dicky.
Menurut Dicky, kemungkinan seseorang terpapar virus di pesawat jauh lebih rendah daripada di kantor, grocery store, atau kereta api.
“Skrining itu penting saat masuk pesawat. Karena virusnya ditularkan lewat orang yang bicara, batuk, bersin dan segala macam hal,” imbuh Dicky.
Sebelumnya, Gubernur Kalbar Sutarmidji sempat melarang maskapai Batik Air terbang ke Pontianak Selama 10 hari ke depan, mulai 24 Desember 2020 menyusul ditemukan 5 penumpang positif COVID-19 di maskapai tersebut.
“Dari 20 maskapai yang disapu, ada lima yang positif. Indikasinya sertifikat yang dibawanya salah. Kami koordinasi dengan Angkasa Pura, dengan KKP bandara, mereka ada. semua keluar tanggung jawab. Untuk itu, kami putuskan maskapai yang bersangkutan. Tidak berwenang mengantar penumpang ke Pontianak selama 10 hari, “tulis Sutarmidji di halaman Facebook pribadinya, dikutip Jumat (25/12).
“Sebagai ketua satgas, saya akan tegas dan masuk Kalbar hingga 8 Januari 2021 dengan surat bebas COVID melalui tes swab PCR,” imbuhnya.
Lihat juga “ Tips Liburan Aman: Jaga Jarak dan Kemas Masker yang Cukup ”:
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”