TIMIKA, Indonesia – Militer Indonesia mengatakan pada hari Senin bahwa seorang tentara tewas dalam bentrokan yang sedang berlangsung antara pasukan keamanan dan kelompok pemberontak di dekat tambang emas terbesar di dunia di wilayah paling timur Papua.
Bentrokan, yang dimulai pada 29 Februari di dekat tambang tembaga dan emas Grasberg di provinsi Papua, telah menewaskan seorang petugas polisi dan melukai tiga lainnya. Polisi mengatakan para penyerang adalah anggota Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka.
Pemberontak di Papua telah memerangi pemberontakan tingkat rendah sejak awal 1960-an, ketika Indonesia mencaplok wilayah bekas jajahan Belanda itu. Papua secara resmi dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1969 setelah pemungutan suara disponsori PBB yang dianggap palsu oleh banyak orang.
Kepala Militer Distrik Mimika Letkol Pio Nainggolan mengatakan, tentara itu terkena peluru saat mempersiapkan sholat subuh dan meninggal di rumah sakit beberapa jam kemudian.
Dia mengatakan pasukan gabungan militer dan polisi mengusir “kelompok kriminal separatis bersenjata”.
“Kami dalam siaga tinggi, seperti yang diberitahukan kepada semua pasukan di darat,” kata Nainggolan dalam video yang diperoleh The Associated Press.
Tambang, yang hampir setengahnya dimiliki oleh perusahaan AS Freeport-McMoRan dan dijalankan oleh PT Freeport Indonesia, dipandang oleh separatis sebagai simbol pemerintahan Indonesia dan sering menjadi sasaran pemberontak.
Penembakan yang sedang berlangsung di kota pertambangan Tembagapura telah mendorong sekitar 2.000 penduduk desa melarikan diri ke tempat aman di kota terdekat, Timika.
Serangan pemberontak di dekat tambang Grasberg telah meningkat selama setahun terakhir.
Cadangan emas dan tembaga yang sangat besar di tambang Grasberg telah ditambang selama beberapa dekade oleh Freeport-McMoRan, merusak lingkungan sekitar sekaligus memberikan pendapatan pajak yang signifikan bagi pemerintah Indonesia.
Tetapi orang asli Papua hanya mendapat sedikit manfaat dan lebih miskin, lebih sakit, dan lebih mungkin meninggal muda dibandingkan orang lain di Indonesia.