Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi pada hari Minggu mengumumkan bahwa Indonesia telah mempertahankan statusnya sebagai penerima Sistem Preferensi Umum (GSP) Amerika Serikat menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo ke Jakarta baru-baru ini.
Retno mengatakan perpanjangan mekanisme GSP ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang keputusannya diresmikan oleh Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) pada Jumat, merupakan bentuk konkrit kemitraan strategis kedua negara.
Indonesia adalah salah satu dari 120 negara yang telah memperoleh manfaat dari GSP, program preferensi perdagangan AS tertua dan terbesar. Ini menghilangkan hak atas ribuan produk untuk mempromosikan pembangunan ekonomi negara dan wilayah penerima.
Fasilitas tersebut telah diperluas ke negara-negara berkembang di seluruh dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali menerima manfaat GSP dari Amerika Serikat pada tahun 1980.
Baca Juga: Jokowi Bertemu Pompeo, Minta Perpanjangan GSP Untuk Indonesia
“Keputusan ini [to extend the GSP facility for Indonesia] dibuat setelah USTR memeriksanya selama kurang lebih 2,5 tahun sejak Maret 2018, ”kata Retno.
Pada 2018, Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintahannya akan meninjau manfaat GSP yang diberikan kepada beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, yang mengalami defisit perdagangan di Amerika Serikat. Jakarta sejak itu berusaha menekan Amerika Serikat dengan harapan mempertahankan hak istimewa perdagangannya. India dan Thailand sama-sama kehilangan hak istimewa perdagangan dengan Amerika Serikat pada Oktober tahun lalu.
<< Selama kunjungan Sekretaris Negara [Mike Pompeo] di Indonesia tiga hari lalu, kami juga membahas masalah ini dalam pertemuan bilateral dengan saya dan kunjungan kehormatan ke presiden [Joko "Jokowi" Widodo]Kata Retno.
Baca juga: RI menjanjikan netralitas selama kunjungannya ke Pompeo
Dia mengatakan perpanjangan waktu tersebut akan membawa manfaat positif tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi perusahaan-perusahaan AS.
“Kami berharap hubungan perdagangan yang kuat antara Indonesia dan Amerika Serikat dapat menjadi katalisator peningkatan investasi kedua negara,” tambahnya.
Ia menghadirkan Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia terbesar kedua setelah China, dengan total nilai perdagangan bilateral mencapai US $ 27 miliar pada 2019.
“Ke depan, kedua negara sepakat mengupayakan pembahasan yang lebih komprehensif dan permanen tentang kemitraan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat.”
Pemecah masalah. Penulis. Pembaca lepas. Gamer setia. Penggemar makanan jahat. Penjelajah. Pecandu media sosial yang tidak menyesal.”