Dian Septiari (The Jakarta Post)
PREMIUM
Jakarta
Rabu, 15 September 2021
Doktrin kebijakan luar negeri Indonesia yang “mandiri dan aktif” tampaknya tidak cukup aktif, menurut mantan menteri luar negeri dan pakar hubungan internasional, karena mereka memperingatkan jebakan diplomasi menjelang kepresidenan Kelompok Dua Puluh (G20) dan Kepresidenan ASEAN.
Pemerintah pada hari Selasa meluncurkan persiapan untuk kepresidenan G20 mulai 1 Desember di tengah pergolakan geopolitik dan geoekonomi dunia, diselingi oleh krisis eksistensial ASEAN di Myanmar, perlombaan untuk menghidupkan kembali ekonomi setelah pandemi mematikan dan dilema menghadapi persaingan negara adidaya di halaman belakang Anda sendiri.
Sebagai bagian dari rangkaian dialog memperingati 50e Pada peringatan hari jadinya, Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengundang para petinggi kebijakan luar negeri untuk mengomentari keadaan bebas aktif doktrin (mandiri dan aktif) dan arah masa depan.
untuk membaca cerita lengkapnya
BERLANGGANAN SEKARANG
Mulai dari Rp 55.000 / bulan
- Akses tak terbatas ke konten situs web dan aplikasi kami
- Surat kabar digital harian e-Post
- Tidak ada iklan, tidak ada interupsi
- Akses istimewa ke acara dan program kami
- Berlangganan buletin kami
Atau biarkan Google mengelola langganan Anda