Diposting: Tanggal Diposting – 15:20, Jum – 21 Jan 22
Hyderabad: Parlemen Indonesia baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang menyetujui relokasi ibu kotanya dari Jakarta yang berarus lambat ke sebuah situs yang berjarak 2.000 kilometer di pulau Kalimantan yang dikelilingi hutan untuk diberi nama “Nusantara”. Belum ada batas waktu yang ditetapkan untuk finalisasi proyek dan Jakarta akan tetap menjadi ibu kota sampai keputusan presiden dikeluarkan untuk meresmikan perubahan tersebut. Pelajari tentang proyek ambisius negara yang telah diluncurkan oleh banyak presidennya di masa lalu tetapi tidak ada yang melangkah sejauh ini….
Parlemen Indonesia pada hari Selasa menyetujui RUU untuk memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke lokasi yang jauh di dalam hutan Kalimantan di pulau Kalimantan, kemajuan paling signifikan dari sebuah gagasan yang telah dimainkan oleh para pemimpin negara selama bertahun-tahun.
Langkah tersebut pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada April 2019, dengan alasan kenaikan permukaan air laut dan kemacetan parah di pulau Jawa yang berpenduduk padat itu.
Jakarta berada di pesisir barat laut Jawa. Pulau-pulau terbesar di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Kalimantan (Borneo Indonesia), Sulawesi dan bagian Indonesia dari New Guinea (dikenal sebagai Papua atau Irian Jaya).
Alasan pindah:
Jakarta telah lama diganggu oleh masalah infrastruktur yang parah dan banjir yang diperparah oleh perubahan iklim, dengan para ahli memperkirakan bahwa hingga sepertiga dari kota itu bisa terendam air pada tahun 2050.
Jakarta adalah rumah bagi lebih dari 30 juta orang di wilayah metropolitannya yang lebih besar. Apalagi Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pemerintahan, keuangan dan perdagangan, hal ini mau tidak mau menyebabkan gencarnya pembangunan di kota tersebut, sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah di banyak daerah, sehingga mengakibatkan peningkatan limpasan.
Jakarta telah menjadi ibu kota Indonesia sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1949. Kota ini telah menjadi sangat padat dan sangat tercemar dalam beberapa dekade terakhir.
Situs relokasi
Ibukota baru (Nusantara) akan mencakup sekitar 56.180 hektar di provinsi Kalimantan Timur di bagian Indonesia dari Kalimantan, yang negara berbagi dengan Malaysia dan Brunei.
Namun, kritikus lingkungan atas keputusan ibu kota memperingatkan hal itu dapat merusak ekosistem di wilayah tersebut, di mana pertambangan dan perkebunan kelapa sawit telah mengancam hutan hujan yang merupakan rumah bagi spesies langka Kalimantan.
Permukaan laut naik
Sea level rise (SLR) adalah peningkatan permukaan lautan dunia akibat efek perubahan iklim, khususnya pemanasan global, yang disebabkan oleh tiga faktor utama seperti ekspansi termal, pencairan gletser, hilangnya Greenland dan Antartika. lembaran es.
Konsekuensi dari SLR
Banjir pesisir: Secara global, delapan dari 10 kota terbesar di dunia berada di dekat pantai dengan risiko banjir pesisir.
Penghancuran keanekaragaman hayati pesisir: SLR dapat menyebabkan erosi yang merusak, banjir di lahan basah, kontaminasi akuifer dan tanah pertanian dengan garam, dan hilangnya habitat keanekaragaman hayati.
Gelombang badai yang berbahaya: Naiknya permukaan laut bertepatan dengan badai dan topan yang lebih berbahaya yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda.
Tindakan yang diambil untuk mengatasi SLR
Relokasi: Banyak kota pesisir telah merencanakan untuk mengadopsi relokasi sebagai strategi mitigasi. Misalnya, Pulau Kiribati direncanakan pindah ke Fiji, sedangkan ibu kota Indonesia pindah dari Jakarta ke Kalimantan.
Membangun tanggul: Pemerintah Indonesia meluncurkan proyek pembangunan pesisir yang disebut Tembok Laut Raksasa atau “Garuda Raksasa” pada tahun 2014 untuk melindungi kota dari banjir.
Anda sekarang bisa mendapatkan cerita yang dipilih sendiri dari Telangana hari ini ke Telegram setiap hari. Klik tautan untuk berlangganan.
Klik untuk mengikuti Telangana hari ini halaman Facebook dan Indonesia .