Presiden Indonesia Joko Widodo melakukan perjalanan berkemah ke ibu kota negara masa depan, katanya di media sosial pada hari Selasa, berpose untuk foto di hutan di lokasi kota baru.
Negara ini sedang bersiap untuk memindahkan ibu kotanya dari Jakarta yang terlalu padat ke Nusantara, dalam sebuah megaproyek yang dikritik oleh para pemerhati lingkungan yang memperingatkan bahwa hal itu dapat merusak ekosistem di kawasan itu.
“Hai, gimana rasanya bermalam di Nusantara? Udaranya sejuk dan cuacanya cerah tadi malam,” tulis Jokowi di Instagram dengan caption foto presiden duduk di luar tendanya.
Pada hari Senin, Jokowi dan gubernur dari seluruh negeri meresmikan situs tersebut dalam sebuah upacara di mana mereka membawa tanah dan air dari daerah masing-masing dan mencampurkannya untuk melambangkan persatuan negara.
Ibukota baru akan mencakup sekitar 56.180 hektar (216 mil persegi) bagian timur pulau Kalimantan, yang berbagi negara dengan Malaysia dan Brunei.
Tetapi proyek tersebut mengalami hambatan – dengan kekhawatiran akan dampak lingkungan yang diperparah oleh hilangnya investor SoftBank Group minggu ini, yang menarik diri dari proyek tanpa penjelasan.
Widodo mengumumkan rencana untuk memindahkan ibu kota pada tahun 2019, dengan alasan naiknya permukaan laut dan kemacetan parah di pulau Jawa yang berpenduduk padat.
Langkah ini diperkirakan akan dimulai pada 2024, tetapi Widodo memperingatkan proyek itu bisa memakan waktu lebih dari satu dekade untuk diselesaikan.
Indonesia bukan negara Asia Tenggara pertama yang memindahkan ibu kota yang padat, dengan Malaysia dan Myanmar memindahkan pusat administrasi mereka pada tahun 2000-an.
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”