JAKARTA (Reuters) – Indonesia harus meningkatkan transparansi rencana penutupan pembangkit listriknya, Institut Ekonomi Energi dan Analisis Keuangan (IEEFA) mengatakan pada hari Jumat, ketika negara meluncurkan setidaknya lima program transisi energi.
Indonesia dalam beberapa bulan terakhir telah mengumumkan kesepakatan dengan kelompok internasional untuk mendanai transisinya dari batu bara ke energi terbarukan, termasuk kesepakatan senilai $20 miliar yang dibuat oleh negara-negara G7 di bawah Kemitraan untuk Transisi Energi yang Adil (JETP) dan alokasi $500 juta dari Dana Investasi Iklim (CIF). pembiayaan lunak.
Sementara rincian beberapa program masih dinegosiasikan, CIF dan pemerintah Indonesia telah merilis rincian resmi dari rencana investasi program tersebut.
Laporan IEEFA mengatakan bahwa di bawah program CIF, Perusahaan Listrik Negara (PLN) milik negara akan menutup sembilan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan total kapasitas 4,9 gigawatt, tetapi beberapa di antaranya sudah “sangat tua dan” melampaui usia ekonomisnya. 2055″, tahun di mana mereka akan pensiun.
Beberapa pembangkit listrik yang diusulkan oleh PLN akan berusia 40 tahun pada tahun 2025, umur rata-rata dari fasilitas tersebut, dan utilitas harus pensiun dan menghapusnya, menurut laporan tersebut. PLN tidak segera menanggapi permintaan komentar.
“Kelemahan utama dalam penyajian daftar pembangkit yang akan ditarik adalah kurangnya pengungkapan kriteria seleksi,” kata Elrika Hamdi, analis keuangan energi di IEEFA, dalam laporan tersebut.
“Tingkat transparansi dan pengungkapan yang wajar diperlukan untuk membenarkan mengapa beberapa pabrik lebih baik dari yang lain,” katanya, seraya menambahkan bahwa tingkat polusi yang dihasilkan dan keseluruhan biaya operasi marjinal harus menjadi faktor kunci.
Kekhawatiran yang sama berlaku untuk kurangnya pengungkapan tentang proses seleksi untuk potensi transaksi pertama Bank Pembangunan Asia (AfDB) untuk keluar lebih awal dari pembangkit listrik tenaga batu bara, kata Hamdi.
Indonesia, AfDB dan perusahaan listrik swasta mengumumkan bulan lalu bahwa mereka bekerja sama untuk membiayai kembali dan menghentikan pembangkit listrik 660 megawatt di Jawa Barat sebelum waktunya.
Laporan tersebut menambahkan bahwa dengan semua program yang berjalan secara bersamaan dan waktu yang panjang dari setiap transisi, Indonesia juga harus memastikan tata kelola yang kuat dan komitmen politik jangka panjang.
(Laporan Fransiska Nangoy; Diedit oleh Martin Petty)
Pemecah masalah. Penulis. Pembaca lepas. Gamer setia. Penggemar makanan jahat. Penjelajah. Pecandu media sosial yang tidak menyesal.”