JAKARTA (Reuters) – Lender Negara Indonesia (BNI) berencana untuk mengumpulkan dana dengan menjual setidaknya $ 500 juta obligasi abadi tahun ini dan meluncurkan rights difficulty 11,7 triliun rupee (805,79 juta rupee. dolar) tahun depan, seorang pejabat senior pemerintah kata Kamis.
Pemberi pinjaman publik sedang mempertimbangkan penerbitan obligasi pada kuartal ketiga dengan perkiraan tingkat kupon 4% hingga 5% per tahun dan jatuh tempo hingga 5,5 tahun, menurut dokumen yang disajikan oleh Kartika Wirjoatmodjo, seorang wakil menteri di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), saat rapat dengar pendapat di parlemen.
Pemberi pinjaman juga berencana untuk meluncurkan legal rights challenge pada paruh pertama tahun 2022, dengan pemerintah bertujuan untuk mempertahankan saham mayoritasnya antara 55 dan 57 persen dengan menyuntikkan 7 triliun rupee, kata Kartika kepada anggota parlemen.
Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung permodalan lender.
Kartika mengatakan aset pemberi pinjaman dan pertumbuhan pinjaman selama beberapa tahun terakhir belum didukung oleh pendapatan yang memadai. Rasio kecukupan modal (Auto) turun menjadi 16%.
“Sebagai lender sistemik, kami berharap ROC (BNI) bisa kembali sekitar 19%,” kata Kartika.
Laba BNI turun 43,9% year-on-year pada periode Januari-Maret menjadi Rp 2,4 triliun.
Kartika mengatakan, pemberi pinjaman negara lainnya, Bank Tabungan Negara, juga berencana menambah modal dari rights issue hingga Rp 5.000 miliar. Dia tidak memberikan garis waktu.
($ 1 = 14.520.000 rupee)
(Laporan oleh Tabita Diela Disunting oleh Fransiska Nangoy dan Ed Davies)
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”