Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah mengungkapkan, pencairan Dana Penyertaan Negara (PMN) baru bisa dilakukan pada September 2020. Beberapa BUMN yang tergabung dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan langsung mendapatkan pencairan dari PMN, termasuk BUMN yang kesulitan keuangan karena misi pemerintah seperti BUMN tol.
DJKN Meirijal Nur yang memisahkan pengelola aset negara dari Kementerian Keuangan mengatakan, pencairan PMN akan memakan waktu, karena regulasi pemerintah masih dalam tahap finalisasi.
“Peraturan pemerintahnya masih tertunda. Mungkin September sudah bisa kita bayar ke BUMN penerima PMN,” jelas Meirijal dalam virtual chat, Jumat (28/8/2020).
Pemerintah mengalokasikan anggaran keuangan perusahaan sebesar Rs 53,57 miliar. Dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020, pemerintah menyiapkan dana Rp 20,5 triliun untuk PMN di BUMN. Sedangkan sisanya sebesar Rp 29,65 triliun akan digunakan untuk dana talangan modal kerja dan Rp 3,42 triliun untuk investasi dana padat karya.
Ada lima BUMN yang sudah menerima PEM di bawah PEN. Diantaranya PT Asset Management Company (PPA) Rp 5 triliun, PT Hutama Karya Rp 7,5 triliun, PT Bahana Indonesia Business Development (BPUI) Rp 6 triliun.
Ada juga PMN di PT Permodalan Nasional Mandani (PNM) senilai Rp1,5 triliun, dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) Rp500 miliar.
Sekadar info, sebenarnya pencairan PMN ke lima BUMN, sebagaimana tertuang dalam Perpres 72 Tahun 2020, diharapkan bisa dilakukan pada Juni. Namun karena payung hukum yang belum lengkap, pencairan harus ditunda hingga September 2020.
Meski demikian, kata Meirijal, menjelaskan bahwa pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk tidak melanggar tata kelola. Namun untuk penyaluran PMN diperlukan payung hukum turunan berupa peraturan pemerintah (PP).
“Untuk pencairannya perlu ada peraturan pemerintah (PP) karena itu proses pengalokasian investasi pemerintah, dari atas ke bawah, untuk memisahkan investasi. Karena harus dipisah, Dia butuh PP, ”ujarnya.
Menurut Meirijal, penyertaan modal ke BUMN ini seharusnya tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi hingga kuartal IV tahun 2020.
“Kami berusaha secepat mungkin, tapi semaksimal mungkin di bulan September. Saya rasa kalau dimulai semua jadi prioritas, makanya semuanya berjalan serentak, dan kami berharap bisa merealisasikannya. “Tentu saja kalau kuartal III tidak mengejar. Begitu September bisa tercapai, baru bisa terserap di kuartal IV nanti,” kata Meirijal.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Negara Isa Rachmatawarta menjelaskan bahwa penyuntikan modal pada 5 BUMN tersebut bertujuan untuk memperbaiki keadaan keuangan perusahaan publik.
Alasannya selama pandemi ini, arus kas kelima bisnis itu berantakan. Misalnya, kata Isa seperti Hutama Karya, BUMN Karya ditugaskan untuk membangun jalan tol. Dimana mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk membangun jalan tol di Sumatera.
Sebelum pandemi Covid-19, kata dia, BUMN Hutama Karya arus kas melemah. Karena itu, pemerintah ingin Hutama Karya tidak bangkrut.
“Mempertahankan kekuatan finansial untuk membangun jalan tol di Sumatera sangat terganggu. Di sisi lain, pembangunan jalan tol menyerap tenaga kerja karena tidak mendukung Hutama Karya. jatuh dan mampu terus menjadikan pembangunan sebagai kepentingan kita bersama, ”kata Isa.
(Hai, Hai)
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”