Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Fiji telah menandatangani amandemen kedua perjanjian hibah, perjanjian pertama untuk memfasilitasi pendanaan FJD$3,1 juta kepada Fiji untuk pekerjaan rehabilitasi di Queen Victoria College (QVS) sebagai bagian dari fase kedua.
Bantuan ini merupakan kelanjutan dari komitmen pemerintah Indonesia untuk mendukung application Adopt-a-College Fiji setelah terjadinya Topan Tropis Winston pada tahun 2016.
Pendanaan yang dikeluarkan pada tahap pertama memungkinkan renovasi struktur asrama yang ada dan pembangunan blok ruang kelas, dengan pekerjaan rehabilitasi dilanjutkan dengan pendanaan yang diperoleh pada tahap kedua.
Penandatanganan kesepakatan kedua Hibah Kemanusiaan memberikan dana sebesar USD 200.000 dari Indonesia kepada Pemerintah Fiji atas responnya terhadap pandemi COVID-19, terutama untuk pengadaan perbekalan farmasi, peralatan medis untuk institusi kesehatan Fiji dan kebutuhan terkait kesehatan lainnya.
Sekretaris Tetap Luar Negeri, Dubes Yogesh Karan menyampaikan apresiasi Pemerintah Fiji kepada Pemerintah Indonesia atas kemitraan yang luar biasa ini dalam membangun kembali perekonomian kita melalui hubungan bilateral yang saling menguntungkan ini.
Dia menambahkan bahwa Fiji berterima kasih atas dukungan tepat waktu ini yang menunjukkan komitmen bersama kami untuk membangun ketahanan dan keberlanjutan dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi dan perubahan iklim.
Melalui Kedutaan Besar Fiji kami di Jakarta, Pemerintah Fiji bekerja sama dengan Republik Indonesia dan negara-negara terakreditasi di kawasan Asia Tenggara untuk memaksimalkan peluang untuk membangun kembali ekonomi kita dan mempromosikan peluang pembangunan sosial untuk Fiji.
Sekretaris Tetap Kementerian Perekonomian, Mr. Shiri Gounder menandatangani dua perjanjian yang berlaku selama satu tahun.
Kedua perjanjian tersebut sejalan dengan Kerangka Kerja Sama Pembangunan yang secara resmi ditandatangani antara Fiji dan Indonesia pada tahun 2011.
Ini mengidentifikasi bidang kerjasama timbal balik antara kedua negara dalam mempromosikan kepentingan dan aspirasi bersama.
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”