Saat tim penyelamat menjelajahi lanskap yang tertutup abu untuk mencari orang-orang setelah letusan Gunung Semeru di Indonesia awal bulan ini, para sukarelawan mencari korban selamat yang lebih rentan: kucing, sapi, dan hewan lainnya.
Bencana tersebut menyebabkan 48 orang tewas, menurut laporan terbaru, dan penyelamat masih mencari mayat di lumpur dan puing-puing.
Saat abu mematikan menghancurkan desa-desa di Kabupaten Lumajang Jawa Timur, setidaknya 767 sapi juga mati, sementara 648 domba terbunuh di kandang dan ribuan ayam terkubur oleh tanah longsor, menurut pihak berwenang.
Satria Wardhana bersama tim yang terdiri dari 15 relawan dari Center for the Protection of Orangutans (COP), sejauh ini telah menyelamatkan dan merawat 76 ekor sapi serta puluhan kambing dan domba yang ditinggalkan warga yang mengungsi.
“Kami hanya mengevakuasi hewan yang memiliki pemiliknya. Untuk hewan liar, jika terluka, kami langsung merawatnya di tempat,” kata Wardhana kepada AFP di Curah Kobokan, desa terdekat dengan gunung berapi.
Tim mengevakuasi dua ekor kambing yang pemiliknya mati dan mengkremasi bangkai kambing untuk mencegah penyebaran penyakit.
“Kami juga memberi makan … hewan yang selamat, seperti ayam, anjing dan kucing,” kata Wardhana, yang bekerja di divisi bantuan bencana di COP.
Sapi, kambing, domba dan kucing yang masih hidup mengalami luka seperti luka bakar di telinga dan kaki mereka, kata dokter hewan COP Dian Tresno Wikanti.
“Telinga mereka tidak berbulu karena mudah terbakar. Banyak hewan lain juga menderita batuk,” katanya.
“Beberapa dari mereka juga stres dan ada kambing yang keguguran. Hewan-hewan ini … dehidrasi karena panas di sini.”
– ‘Biasanya ditinggalkan’ –
Dokter hewan juga mendatangi beberapa desa di Lumajang dari pintu ke pintu untuk memeriksa kondisi hewan yang terluka.
Di Sumber Mujur, Wikanti merawat seekor kucing yang terperangkap di bawah reruntuhan selama empat hari dengan cakarnya hangus dilalap lahar.
Pemilik kucing, Ryan, mengatakan dia senang hewan peliharaannya dapat menerima perawatan medis yang cepat.
“Saya lari menyelamatkan diri dan tidak sempat membawa kucing itu. Tim medis (…) bilang dia trauma, tapi sekarang sudah lebih baik”, katanya.
Di desa yang sama, relawan merawat dua ekor sapi yang dievakuasi dengan mengoleskan salep luka bakar dan menyuntiknya dengan vitamin.
Bagi tim, menyelamatkan nyawa hewan adalah bagian dari menjadi manusia.
“Hewan biasanya ditelantarkan karena target utama penyelamatan adalah manusia. Makanya kita selamatkan yang terlupakan,” kata Wikanti.
Menyelamatkan hewan juga dapat membantu mengurangi trauma bagi para penyintas, kata Wardhana.
“Secara psikologis, mereka akan lebih nyaman karena … hewan mereka juga selamat.”
hrl / dva / jfx
Pemecah masalah. Penulis. Pembaca lepas. Gamer setia. Penggemar makanan jahat. Penjelajah. Pecandu media sosial yang tidak menyesal.”