JAKARTA: Komite Olimpiade Indonesia (KOI) akan membangun pusat pelatihan kelas dunia untuk menambah fasilitas yang ada guna membuka jalan bagi posisi negara dalam proses tender menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Ketua KOI Raja Sapta Oktohari mengatakan pada hari Senin 12 Januari bahwa ketika pembangunannya selesai, pusat pelatihan kelas dunia serta fasilitas olahraga yang ada di negara itu akan dipamerkan untuk proses aplikasi.
Pembangunan juga untuk memenuhi salah satu klausul proses lelang yang menuntut keberlanjutan pembangunan sarana olahraga, ujarnya.
“Dalam waktu dekat, pembangunan fasilitas ini akan dimulai. Kita perlu pindah dari sekarang. Saya juga perlu pastikan lokasi pembangunannya bebas banjir,” kata Oktohari.
Beberapa wilayah di ibu kota negara, Jakarta, menjadi pilihan lokasi pembangunan pusat pelatihan kelas dunia, demikian diberitakan media setempat, Sabtu.
“Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah terkait rencana pembangunan fasilitas kelas dunia tersebut,” katanya.
Pembangunan tersebut, kata Oktohari, akan melibatkan pemerintah dan swasta.
Komunikasi dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) akan diintensifkan, katanya.
Oktohari, yang bertemu dengan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach di Lausanne pada bulan Desember untuk membahas inisiatif ini, mengatakan dia telah mendapat izin dari IOC dan Komite Olimpiade Jepang (JOC) untuk melaksanakan rencana selama Olimpiade Musim Panas.
“Di sana kami akan berkampanye dan menunjukkan citra Indonesia pada 2032, dan kami cukup yakin pada 2032 kami akan bertanggung jawab menjadi tuan rumah Olimpiade,” kata Oktohari.
“Kami akan membangun desa Indonesia yang akan bekerja sama dengan kementerian dan pemangku kepentingan di Indonesia, khususnya Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Pariwisata.”
Oktohari mengatakan mendapat dorongan dari pejabat IOC yang menjelaskan perubahan proses tender yang disetujui pada Sidang IOC pada Juni 2019. – Xinhua / Jakarta Post / Asian Information Network
Pemecah masalah. Penulis. Pembaca lepas. Gamer setia. Penggemar makanan jahat. Penjelajah. Pecandu media sosial yang tidak menyesal.”