Isi: terapi hormon selama menopause menimbulkan risiko kanker rahim

Jakarta (ANTARA) – Dokter kandungan di Klinik Hayandra, Dr Anggara Mahardika SpOG, mengatakan terapi hormon pada wanita pascamenopause berisiko meningkatkan terjadinya kanker rahim.

“Harus diingat bahwa meskipun pemberian terapi hormon memiliki keuntungan untuk menekan gejala menopause dan mengurangi risiko osteoporosis, ada juga peningkatan risiko terkena kanker rahim dan kanker rahim. kanker usus besar, ”kata Anggara saat webinar di Jakarta, Minggu.

Ia menjelaskan, untuk menekan gejala menopause, diperlukan pemeriksaan menyeluruh untuk membantu wanita pascamenopause mendapatkan terapi terbaik.

Baca juga: Lebih sering berhubungan seks mengurangi risiko menopause dini

Ia menjelaskan, menopause akan dialami semua wanita. Gejala terdiri dari tiga bagian yaitu gejala somatik seperti nyeri sendi, vagina kering, dispareunia atau nyeri saat berhubungan, kemudian gejala vasomotor seperti keringat malam dan hot flashes, serta gejala psikologis seperti insomnia dan perubahan suasana hati.

Ia menjelaskan, penanganan keluhan tersebut bisa berupa terapi non hormonal seperti pemantauan pola makan, suplementasi dan terapi hormon.

Dr Fernandi Moegni, dokter kandungan ginekologi, SpOG (K) mengatakan bahwa gangguan kencing yang paling sering terjadi pada masa menopause adalah buang air kecil berulang yang disebabkan oleh kurangnya hormon estrogen dan kebocoran urin saat batuk, bersin dan aktivitas akibat lemahnya struktur jaringan dinding vagina.

Hal ini diatasi dengan terapi laser yang dikombinasikan dengan PRP yang diaktifkan secara khusus (plasma kaya trombosit).

Baca juga: Terlalu banyak karbohidrat berisiko mengalami menopause lebih awal

Pakar kesehatan dr Karina SpBP-RE mengatakan bahwa berbagai literatur telah menunjukkan terapi sel yang canggih seperti stem cell, vascular stromal fraction (SVF), platelet rich plasma (PRP) dan terapi sel. sistem kekebalan (TIC), yang kesemuanya memainkan peran penting bagi wanita usia. menopause, bahkan dapat menurunkan risiko terkena osteoporosis dan berbagai penyakit degeneratif.

READ  Gempa Magnitudo 6,1 guncang Jawa Barat di Indonesia | berita Dunia

“Tidak hanya itu, teknologi invasif minimal seperti laser dan cangkok lemak atau transfer lemak yang dikombinasikan dengan terapi sel, baik di wajah, tangan yang mulai keriput, bahkan di area intim, ternyata tidak hanya memperbaiki penampilan tetapi juga memperbaiki kontur kulit dan kulit. elastisitas jaringan. Mengapa? Karena sel punca yang terbawa lemak akan bekerja memperbaiki jaringan tempat lemak ditanamkan, ”jelas Karina.

Baca juga: 10 tanda sebelum menopause
Baca juga: Wanita pascamenopause juga membutuhkan pemeriksaan payudara secara teratur

Written By
More from Suede Nazar
Indonesia jelajahi satelit orbit rendah Bumi
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah sedang...
Read More
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *