MAMUJU, Indonesia – Jalan dan jembatan yang rusak, pemadaman listrik dan kurangnya alat berat pada hari Sabtu menghambat penyelamat Indonesia setelah gempa berkekuatan 6,2 skala Richter yang menewaskan sedikitnya 45 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka di pulau Sulawesi.
Operasi dipusatkan di sekitar delapan lokasi di kota Mamuju yang paling parah terkena, di mana orang-orang masih terjebak setelah gempa malam hari Jumat, kata Saidar Rahmanjaya, yang mengepalai badan pencarian dan penyelamatan setempat.
Pesawat kargo pembawa makanan, tenda, selimut dan perbekalan lainnya dari Jakarta mendarat pada Jumat malam untuk didistribusikan ke tempat penampungan sementara. Namun ribuan orang menghabiskan malam di tempat terbuka, takut akan gempa susulan dan kemungkinan tsunami.
Empat puluh lima jenazah dikirim ke rumah sakit polisi untuk diidentifikasi oleh kerabat, setelah penyelamat menemukan 36 korban di Mamuju dan sembilan lainnya di kabupaten tetangga Majene, kata juru bicara polisi Barat Sulawesi, Syamsu Ridwan.
Lebih dari 200 orang dirawat di RS Polri Bhayangkara dan beberapa lainnya di Mamuju saja. 630 orang lainnya terluka di Majene, kata kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Doni Monardo, mengatakan.
Sedikitnya 300 rumah di Majene rusak dan sekitar 15.000 orang pindah ke tempat penampungan. Banyak korban selamat mengatakan bantuan belum diberikan kepada mereka karena jalan rusak dan gangguan komunikasi.
Di antara mereka yang ditembak hidup-hidup adalah seorang gadis muda yang terjebak di reruntuhan rumah bersama saudara perempuannya.
Gadis itu terlihat dalam video yang dirilis oleh badan bantuan bencana pada hari Jumat meminta bantuan. Dia dirawat di rumah sakit.
Dia mengidentifikasi sebagai Angel dan mengatakan saudara perempuannya, Catherine, yang tidak muncul dalam video, berada di sampingnya di bawah reruntuhan dan masih bernapas.
Nasib Catherine dan anggota keluarga lainnya tidak jelas. Yusuf Latif, juru bicara penyelamat, tidak mengetahui informasi tentang mereka.
Gempa tersebut memicu longsor di tiga tempat dan memblokir jalan utama dari Mamuju ke Majene. Listrik dan saluran telepon terputus di banyak tempat.
Mamuju, ibu kota provinsi Sulawesi Barat dengan hampir 75.000 penduduk, dipenuhi puing-puing dari bangunan yang runtuh. Gedung kantor gubernur hampir diratakan oleh gempa bumi dan sebuah pusat perbelanjaan berubah menjadi raksasa yang kusut. Sebuah jembatan besar runtuh dan pasien yang terkena tetesan air ditaruh di tempat tidur lipat di bawah tenda terpal di luar salah satu rumah sakit yang rusak.
Dua rumah sakit di kota itu rusak dan lainnya kewalahan.
Dua kapal menuju ke daerah yang hancur dari kota terdekat Makassar dan Balikpapan dengan tim penyelamat dan peralatan, termasuk ekskavator.
Badan Usaha Milik Negara AirNav Indonesia, yang membawahi navigasi udara, mengatakan gempa tersebut tidak menyebabkan kerusakan signifikan pada landasan pacu atau menara kendali di bandara Mamuju.
Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan pada hari Jumat bahwa dia telah menugaskan menteri dan pejabat bencana serta militernya untuk mengoordinasikan tanggapan tersebut.
Dalam telegram yang dikirim oleh Vatikan atas nama Paus Fransiskus, Paus menyatakan “solidaritas yang tulus dengan semua yang terkena dampak bencana alam ini”.
Paus berdoa untuk “sisa yang meninggal, kesembuhan yang terluka dan penghiburan bagi semua yang berduka”. Fransiskus juga mendorong upaya pencarian dan penyelamatan yang berkelanjutan ini, dan memohon “berkat ilahi berupa kekuatan dan harapan.”
Indonesia, rumah bagi lebih dari 260 juta orang, sering dilanda gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami karena lokasinya di “Cincin Api”, busur gunung berapi dan garis patahan api di Cekungan Pasifik.
Pada 2018, gempa berkekuatan 7,5 skala Richter di Palu di pulau Sulawesi memicu tsunami dan menyebabkan tanah runtuh dalam fenomena yang disebut likuifaksi. Lebih dari 4.000 orang tewas, banyak korban terkubur ketika seluruh lingkungan dilanda tanah yang runtuh.
Gempa bumi berkekuatan 9,1 di lepas pantai pulau Sumatera di Indonesia bagian barat pada bulan Desember 2004 memicu tsunami yang menewaskan 230.000 orang di belasan negara.