Pemadaman Listrik di Gaza Membuat Warga Palestina Terpuruk
Bolamadura – Pemadaman listrik yang terjadi di Jalur Gaza dianggap membuat banyak warga Palestina terpuruk. Salah satunya adalah Fatma Aly, yang menggambarkan malam pertama tanpa listrik sebagai mengerikan. Situasi semakin menakutkan ketika bangunan-bangunan di Gaza diserang oleh bom Israel, memberikan dampak yang lebih buruk bagi kaum warga.
Tidak adanya listrik juga berarti tidak ada air yang bisa dipompa, yang mempengaruhi pasokan air minum dan mandi. Hal ini membuat kebutuhan dasar masyarakat Gaza semakin sulit terpenuhi. Pada Rabu (11/10), listrik di Gaza terputus setelah Israel memerintahkan ‘pengepungan total’ terhadap daerah tersebut.
Selain itu, pasokan makanan di Gaza juga sangat terbatas karena tidak adanya listrik dan tidak adanya pendingin. Untuk mencukupi kebutuhan makanan, penduduk Gaza mengandalkan bumbu rempah-rempah dan buah zaitun sebagai sumber nutrisi mereka. Sayangnya, anak-anak merupakan pihak yang paling terdampak oleh pemadaman listrik ini.
Para pengungsi di kamp Jabalia juga mengalami kesulitan dalam mencari air bersih dan makanan, karena listrik yang terputus mengakibatkan berhentinya sistem pengolahan air bersih dan ketiadaan alat pendingin untuk makanan. Persediaan makanan dan air juga diprediksi akan habis dalam beberapa hari ke depan.
Selain itu, pemadaman listrik juga menghambat pembakaran sampah. Bila sampah tidak dapat dibakar, maka akan terjadi penumpukan sampah yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan.
Dalam kondisi darurat seperti ini, bangunan sekolah PBB dijadikan tempat penampungan yang penuh sesak bagi warga Gaza. Namun, langkah ini masih belum mampu menyediakan fasilitas yang cukup bagi mereka.
Yang paling mengkhawatirkan adalah bahaya kurangnya listrik terhadap para pasien di rumah sakit, termasuk 100 bayi yang sedang berada dalam inkubator. Ketika alat-alat penunjang kehidupan mereka terganggu, nyawa mereka pun menjadi terancam.
Pemadaman listrik ini telah membawa dampak yang sangat buruk bagi warga Palestina di Gaza. Mereka berharap situasi ini segera mendapatkan solusi, agar kehidupan mereka dapat kembali normal.
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”