JAKARTA: Mahasiswa Indonesia Sultan Gustaf Al Ghozali, yang mengambil foto dirinya setiap hari selama lima tahun dan menjualnya sebagai token yang tidak dapat dipertukarkan (NFT), telah memiliki jadwal yang padat selama beberapa hari terakhir.
Setelah mengumpulkan lebih dari US$1 juta di platform untuk selfie NFT-nya, Mr Ghozali telah menjadi sensasi internet semalam di Indonesia dan banyak orang ingin tahu lebih banyak tentang kisahnya.
Dia telah menerima banyak undangan untuk tampil di acara bincang-bincang yang diselenggarakan oleh selebriti dan politisi yang mengharuskannya melakukan perjalanan dari kota asalnya Semarang di Jawa Tengah ke Jakarta.
“Tahun ini sangat berkesan bagi saya karena saya bisa bertemu banyak orang baru yang hebat,” kata Ghozali dalam sebuah pernyataan tertulis kepada CNA yang diberikan oleh keluarganya.
Di antara yang ia temui sejauh ini adalah Ketua MPR Bambang Soesatyo dan pembawa acara podcast populer Deddy Corbuzier.
Namun, Ghozali yang berusia 22 tahun mengungkapkan bahwa dia belum menebus semua uang yang dia hasilkan.
“Masih dalam bentuk Ethereum, saya hanya menukarkan sedikit saja,” ujarnya.
Jumlah pastinya adalah 39 juta rupiah (US $ 2.700) pada Kamis (20 Januari), menurut pernyataan itu.
Sementara Mr Ghozali awalnya hanya ingin membuat video timelapse dari selfie-nya untuk hari kelulusannya dan tidak berpikir itu bernilai sepeser pun, dia sekarang percaya bahwa dia akan terus berkembang di dunia NFT.
“NFT adalah aset digital berbasis teknologi blockchain yang sudah populer di dunia kripto. Dengan kata lain, NFT adalah aset digital yang mewakili barang berharga dengan nilai yang tidak dapat ditukar atau diganti.
“Ke depan, tidak menutup kemungkinan semua aset, baik itu karya seni, (bahkan) bisnis, akan berbentuk NFT. Insya Allah saya akan terus berkecimpung di dunia NFT,” ujarnya.
Ia dikenal di Indonesia dengan nama selfie NFT-nya Ghozali Everyday.
NFT didasarkan pada teknologi blockchain di mana setiap pembeli NFT menerima sertifikat unik. Itu dapat dibeli dengan cryptocurrency seperti Ethereum dan Bitcoin.
Berbagai objek digital, termasuk gambar, video, musik, dan bahkan tweet dapat dibeli dan dijual sebagai NFT. Namun, membeli NFT dari sebuah gambar atau video biasanya tidak berarti bahwa pembeli memiliki hak cipta dari item tersebut.
Bersama Pak Ghozali, masih banyak lagi yang kini membuat NFT. Namun, para ahli telah memperingatkan bahwa ada risiko yang terlibat.
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”