JAKARTA: Lintasan balap semarak dengan sorak-sorai penonton dan suara mesin yang menyayat hati saat para pembalap skutik yang dimodifikasi habis-habisan bertarung habis-habisan.
Hujan gerimis sepanjang pagi, meninggalkan jalan beraspal agak licin. Namun Aden Lintar, 33, tidak gentar saat ia melewati garis finis dan meninggalkan para pesaingnya di atas debu.
Lintar adalah seorang pelari berpengalaman dan sangat familiar dengan Jalan Jakarta sepanjang 500m dimana event tersebut diselenggarakan pada akhir Januari lalu, setelah beberapa kali berlari kesana.
Satu-satunya perbedaan adalah bahwa kali ini ia mengenakan baju balap yang tepat dengan logo perusahaan sponsornya, bukannya jeans usang dan jaket berkerudung. Dan tidak seperti lari sebelumnya, dia tidak perlu khawatir tertangkap oleh polisi.
Hingga beberapa tahun lalu, Lintar beroperasi secara ilegal di jalanan Jakarta dan sekitarnya. Sejak duduk di kelas tujuh, hampir setiap akhir pekan ia membalap sepeda motornya demi uang, sering kali di tengah malam untuk menghindari pihak berwajib.
Dia mengatakan dia telah kehilangan hitungan berapa kali dia telah ditangkap. “Kami tahu kami melanggar hukum. Kami tahu kami (berlari) secara ilegal,” katanya kepada CNA.
“Kenapa balap liar ada karena tidak ada fasilitasnya,” jelas Lintar seraya menambahkan bahwa selama hari-hari balap liarnya, hampir tidak ada tempat dan event di mana para penggila sepeda motor seperti dirinya bisa berkompetisi dengan aman sepenuhnya.
Pemecah masalah. Penulis. Pembaca lepas. Gamer setia. Penggemar makanan jahat. Penjelajah. Pecandu media sosial yang tidak menyesal.”