Swiss mengakui kesalahan penanganan virus Corona gelombang pertama

JENEWA, KOMPAS.com – Pemerintah Swiss akhirnya mengaku membuat kesalahan dengan menganggap enteng gelombang pertama virus corona.

Menteri Kesehatan Alain Berset mengatakan, pendekatan yang mereka lakukan sebelumnya dalam bentuk akuntabilitas pribadi. Namun, diakuinya tidak efektif.

Akibat kebijakan yang cenderung ringan ini, Swiss menjadi salah satu negara Eropa yang mengalami peningkatan kasus infeksi pada gelombang kedua.

Baca juga: Dipengaruhi oleh Covid-19, klub malam Swiss berubah menjadi pusat donor darah

Berset berbicara epidemi virus corona itu tidak akan segera hilang, bahkan setelah menemukan sejumlah vaksin untuk melawannya.

Pada bulan Maret, Swiss tidak dilanda banyak kematian dan tidak menerapkan lockout seperti negara lain di “benua biru”.

Tetapi setelah mencatat tiga kasus pada 1 Juni, kasus infeksi perlahan meningkat hingga melonjak pada Oktober, dua kali lipat dari minggu ke minggu.

Di radio SRFBerset menjelaskan bahwa pihaknya melakukan kesalahan karena di musim panas mereka yakin yang terburuk sudah berakhir.

“Kami meremehkan, dan mungkin terlalu optimis ketika kami pikir kami bisa membuka banyak acara besar di musim gugur,” katanya.

Pada awal November, seperti yang ditunjukkan AFP Pada Sabtu (26/12/2020), “Cheese Country” merupakan salah satu negara dengan infeksi per kapita terparah di Eropa.

Baca juga: Rakyat Swiss menentukan nasib sawit Indonesia melalui referendum

Dengan populasi 8,6 juta, otoritas kesehatan setempat mencatat sekitar 5.000 kasus baru dan 100 kematian setiap hari.

Berset mengatakan cara mereka melakukannya di gelombang pertama, dengan mengandalkan tanggung jawab setiap warga negara, harus dibayar dengan murah hati.

“Kalau tidak berhasil, harus diperketat. Untungnya, dalam situasi saat ini, kami masih memiliki reservasi,” ujarnya.

READ  Hujan es seukuran jeruk bali menghancurkan puluhan kendaraan di Kanada

Naluri berani

Hingga Selasa (22/12/2020), bar dan restoran mulai tutup berkat upaya pemerintah menekan angka penularan virus corona.

Berset mengatakan bahwa ketika menerapkan kebijakan selama krisis, mereka harus mengandalkan “naluri berani”.

Baca juga: Khawatir tentang penyebaran varian baru virus korona, India mengikuti 800 lebih turis Inggris

“Ketika dia dilanda krisis, yang terburuk adalah tidak melakukan apa-apa, terjebak dan akhirnya menyerah. Kalau ada yang salah harus diperbaiki secepatnya, ”jelasnya.

Adapun Rabu (23/12/2020), mereka mulai memvaksinasi orang yang berusia di atas 90 tahun, empat hari setelah vaksin Pfizer-BioNtech disetujui.

“Virus ini tidak akan hilang dengan cepat, meskipun kami telah melakukan vaksinasi dan perawatan yang jauh lebih baik,” katanya.

Berset kemudian menyerukan penguatan organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang dikecam oleh Presiden Donald Trump.

“Tanpa WHO, keadaan akan menjadi lebih buruk sekarang,” katanya.

Baca juga: Iran: Varian baru virus Corona belum terbukti masuk ke negaranya

More from Casildo Jabbour
Tamu debat presiden AS ‘dipaksa’ terpapar Covid-19 oleh Donald Trump
Jakarta, Insertlive – Seorang wanita tamu Debat presiden Amerika pertama bernama Kristin...
Read More
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *