Jakarta, CNBC Indonesia – Kampanye tanpa henti untuk transisi energi baru dan terbarukan untuk memerangi efek perubahan iklim akan berdampak pada melemahnya permintaan world akan batubara di masa depan. Bahkan, dalam 20 tahun ke depan diperkirakan batu bara tidak akan dijual lagi.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin memperkirakan dalam 20-30 tahun ke depan tidak ada lagi permintaan batu bara, sehingga perusahaan batu bara, termasuk perusahaan, perlu dibenahi. bersiaplah menggunakan batu bara untuk menambah nilai, bukan sekadar menggali dan menjual batu bara mentah.
Saat ini, AWPB bahkan memiliki cadangan batu bara hingga 3,3 miliar ton. Jika ini tidak segera diangkut dan tidak digunakan, itu akan sia-sia.
“Meningkatnya angkutan, depositnya mencapai 3,3 miliar ton, kalau tidak terangkut dalam 20-30 tahun tidak ada yang menggunakan batu bara, sehingga harus segera digunakan. Ini penting untuk kepentingan masyarakat. transportasi, “kata Arviyan pada konferensi pers digital, Jumat (11/6/2020).
Guna memanfaatkan batu bara dan permintaan batu bara yang masih tinggi di masa mendatang, perseroan kini bersiap untuk mengubah bisnisnya tidak hanya menjadi penambangan dan penjualan batu bara, tetapi juga industri hilir batu bara. .
Salah satu bentuk pemanfaatan batubara perseroan adalah membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Langkah ini diawali perseroan dengan membangun PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2×620 megawatt.
PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35.000 MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Energy (PT HBAP) sebagai Produsen listrik mandiri (IPP). PT HBAP adalah konsorsium antara PTBA dan China Huadian Hongkong Firm Ltd.
Progres proyek PLTU yang akan membutuhkan 5,4 juta ton batu bara mencapai 55%. Pabrik harus beroperasi penuh pada kuartal pertama tahun 2022.
Selain membangun pembangkit listrik di mulut tambang, perseroan juga berencana mengembangkan proyek gasifikasi batu bara yang mulai dibangun tahun depan. Proyek gasifikasi ini akan mengubah batubara kalori rendah menjadi dimetil eter (DME) yang dapat digunakan untuk menggantikan LPG atau produk sampingan lainnya dari pupuk hingga pakaian.
“Dalam 30, 40, 50 tahun ke depan di Tanjung Enim akan ada industri petrokimia, bukan batu bara, tapi bahan baku utama batu bara. Sumber dayanya 8 miliar ton, kalau itu bisa independen dari minyak mentah, “jelasnya.
Tak hanya hilir batu bara, PTBA bahkan berencana masuk ke sektor energi baru dan terbarukan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di bekas tambang dan kawasan galian lainnya.
“Jadi ini visi, tidak hanya menggali dan mengangkut tetapi juga mentransformasikan di luar batu bara,” ujarnya.
(wia)
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”