Vidhyandika D Perkasa (The Jakarta Post)
PREMIUM
Jakarta
Jum 22 Oktober 2021
Papua umumnya terkait dengan pelanggaran HAM, keterbelakangan, diskriminasi, rasisme, dan pertanyaan tentang sejarah integrasi. Namun, pada tanggal 2-15 Oktober, Papua menjadi tuan rumah Pesta Olahraga Nasional (PON) ke-20 yang mendapat pujian dari masyarakat nasional dan internasional atas penyelenggaraannya yang “elegan dan mewah”, yang didukung dengan pembangunan infrastruktur olahraga kelas dunia. dan fasilitas.
Dalam kasus seperti itu, PON di Papua dapat dilihat sebagai “kesepakatan baru untuk Papua”, karena acara olahraga berfungsi sebagai struktur mediasi yang mengubah “marginalisasi dan keterasingan” Papua menjadi “pengakuan”.
Secara teoritis, kebijakan pengakuan memainkan peran penting dalam perjuangan kelompok-kelompok terpinggirkan dan minoritas di Papua yang melihat diri mereka sebagai tidak setara dan berbeda dari mayoritas dominan dalam negara bangsa. Pengakuan ini dapat lebih mempromosikan Papua sebagai bagian “integral” dari Indonesia dan menanamkan rasa bangga karena kemampuan Papua untuk menjadi tuan rumah acara olahraga nasional yang sukses. Pengakuan ini dibarengi dengan keberhasilan provinsi tuan rumah finis keempat dari total 34 provinsi dengan perolehan medali.
untuk membaca cerita lengkapnya
BERLANGGANAN SEKARANG
Mulai dari Rp 55.000 / bulan
- Akses tak terbatas ke konten situs web dan aplikasi kami
- Surat kabar digital harian e-Post
- Tidak ada iklan, tidak ada interupsi
- Akses istimewa ke acara dan program kami
- Berlangganan buletin kami
Berita Terkait
Anda mungkin juga menyukai: