SK On telah menandatangani nota kesepahaman dengan EcoPro, sebuah perusahaan yang terdaftar di Kosdaq, dan Eco-friendly Eco-Manufacture, sebuah perusahaan yang terdaftar di Shenzhen, untuk membangun pabrik nikel menengah di Indonesia.
Berdasarkan perjanjian tersebut, ketiganya akan mendirikan pabrik endapan hidroksida campuran (MHP) di pulau Sulawesi di Indonesia, produk antara yang mengandung nikel dan kobalt untuk memproduksi nikel sulfat.
Nikel sulfat adalah mineral penting yang dibutuhkan untuk pembuatan prekursor, bahan utama katoda. Mereka menyumbang 70% dari biaya katoda, kata SK On.
Rincian spesifik dari investasi akan dibahas kemudian, kata pembuat baterai tersebut.
Ketiga perusahaan juga akan membangun fasilitas higher strain acid leaching (HPAL). Ini akan mengekstraksi nikel dan kobalt dari bijih laterit. Perusahaan akan mengambil bijih nikel laterit dari tambang Hengjaya di Sulawesi.
Proses HPAL menggunakan suhu tinggi, sekitar 255 derajat Celcius, dan tekanan tinggi untuk memisahkan nikel dan kobalt dari bijih laterit. Green Eco Manufacture akan memasok teknologi HPAL.
Pabrik tersebut diharapkan mulai beroperasi pada kuartal ketiga 2024. Material tersebut akan digunakan untuk memproduksi 600.000 kendaraan listrik for each tahun.
MHP kemudian akan dikirim ke Korea untuk memproduksi nikel sulfat dan prekursor.
“Kerja sama antara tiga perusahaan ini penting karena kami telah memastikan pasokan nikel yang stabil,” kata Shin Young-kee, wakil presiden yang bertanggung jawab atas pembelian di SK On, “SK On akan terus memperluas kerja sama kami dengan perusahaan materials global untuk memperkuat rantai pasokan.”
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yang penting untuk pembuatan baterai. Negara ini diperkirakan memiliki 21 juta ton nikel.
OLEH SARA CHEA [[email protected]]
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”