Indonesia menempati posisi ke-3 dari 11 negara peserta Pesta Olahraga Asia Tenggara 2021 di Vietnam yang digelar 12-24 Mei tahun ini.
Prestasi ini mencapai tujuan Presiden Joko Widodo untuk mencapai 3 besar.
Banyak pihak mengaitkan kesuksesan ini dengan pembentukan sistem baru untuk menentukan olahraga dan acara yang diikuti negara tersebut.
Untuk SEA Games, Indonesia membentuk tim peninjau yang terdiri dari perwakilan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan pakar untuk menganalisis peluang atlet meraih medali berdasarkan latar belakang mereka dan dengan melakukan serangkaian tes.
Singkatnya, hanya mereka yang berpotensi meraih medali yang dikirim ke SEA Games. Terakhir, hanya 499 atlet Indonesia yang berlaga di 32 cabang olahraga dan 315 cabang olahraga di pesta olahraga tersebut. Jumlah kontingen tahun ini setengah dari yang dikirim untuk SEA Games 2019 di Filipina.
Meski jumlah atlet berkurang, kesuksesan Indonesia di SEA Games 2021 terbilang mengejutkan. Dengan total perolehan medali 69 emas, 91 perak, dan 81 perunggu, negara tersebut finis ketiga, di belakang Vietnam dan Thailand, yang masing-masing menempati posisi pertama dan kedua.
Kontingen Indonesia gagal memenuhi harapan presiden dalam perolehan medali emas, hanya meraih kurang dari 70 medali emas.
Desain Olahraga Nasional Hebat
Prestasi Indonesia di SEA Games sebelumnya menyusut, seperti yang terlihat di SEA Games 2015 dan SEA Games 2017 yang berada di urutan kelima. Namun, negara itu bangkit kembali ke posisi keempat di SEA Games 2019.
Untuk meningkatkan prestasi bangsa di bidang olahraga, Presiden Widodo menyerukan penerapan strategi baru.
Sebagai negara terpadat keempat, ironisnya Indonesia belum mendapatkan peringkat tinggi di Olimpiade.
Pada perayaan Hari Olahraga Nasional ke-38, Presiden Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 tentang Rencana Besar Olahraga Nasional (DBON). Hal itu diperkuat lagi dengan undang-undang nomor 11 tahun 2022 tentang olahraga.
Sebagai bagian dari strategi barunya, Kementerian Pemuda dan Olahraga telah memutuskan untuk menggunakan SEA Games sebagai target sekunder untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menyebut kesuksesan Indonesia di SEA Games 2021 di Vietnam menarik. Meski jumlah atlet yang dikirim berkurang, negara berhasil meraih posisi lebih tinggi di ajang multi cabang olahraga tersebut.
“Artinya DBON sudah kita laksanakan dengan baik karena semua atlet yang dikirim sudah tersaring,” kata Amali.
Atas prestasi tersebut, pemerintah akan memberlakukan sistem yang lebih ketat saat mengirimkan atlet untuk bertanding di SEA Games 2023, tegas Menkeu.
Sekretaris Jenderal KOI Ferry J. Kono yang juga menjabat sebagai Chief of Mission (CDM) tim Indonesia untuk SEA Games ke-31 di Vietnam mengatakan hampir 90% hasil analisis tim review mendekati. hasil SEA Games 2021.
“Ada 19 medali emas (ditargetkan) yang tidak didapat, tapi ada sepuluh medali emas yang didapat (di luar dugaan),” jelasnya.
Menurut dia, analisis tim akan lebih akurat jika Indonesia memiliki akses data atlet dari negara yang bertanding. Karena selama tiga tahun terakhir terjadi kevakuman akibat pandemi COVID-19, tim peninjau hanya menggunakan data latar belakang dan tes kebugaran.
Namun, analisisnya akan jauh lebih baik ke depan karena tim peninjau memiliki data tiga ribu atlet peserta SEA Games berdasarkan keikutsertaan Indonesia pada SEA Games di Vietnam.
Pada SEA Games ke-31 di Vietnam, Indonesia tampil sebagai juara umum di empat cabang olahraga: dayung/kano/kayak, menembak, panahan, dan bola voli. Cabang olahraga yang gagal meraih medali adalah anggar.
Performa atlet
Dengan diterapkannya strategi baru tersebut, SEA Games di Vietnam cukup berbeda dengan SEA Games tahun-tahun sebelumnya karena seluruh atlet yang dikirim mengincar medali.
SEA Games menghadirkan tantangan berat bagi semua atlet, baik yang berpengalaman maupun yang baru di SEA Games. Salah satunya adalah Abiyu Rafi, pesenam berusia 20 tahun yang sudah meraih emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua tahun 2021.
Penampilan Rafi dalam senam all-around di SEA Games Vietnam dinilai kurang memuaskan. Dia tidak menyelesaikan peralatan senam dengan baik; dia juga tidak bisa menyelesaikan event terakhir – pommel horse – karena cedera yang dideritanya saat melakukan event palang mendatar.
“Ini SEA Games pertamanya, tapi dia tahu dia kewalahan dengan target medali. Jadi dia tidak menikmati keseluruhan pertandingan,” kata pelatih senam Timnas Indonesia, Indra Sabarani.
Hal yang sama juga terjadi pada Puspa Arumsari, atlet pencak silat Indonesia yang sudah lebih dulu meraih emas di Asian Games 2018. Ia gagal meraih emas di SEA Games Vietnam dan finis di posisi kedua.
Sedangkan Sutjiati Kelanaritma Narendra tidak mengikuti SEA Games. Atlet yang sudah menyabet dua medali emas di PON Papua itu mengaku sedih tak bisa ikut karena ketiadaan biaya.
Dia juga harus menerima kenyataan bahwa senam ritmik tidak termasuk dalam daftar prioritas Rancangan Besar Olahraga Nasional.
Cerita lain dimainkan untuk tim futsal nasional. Tim tersebut hampir tidak diikutsertakan dalam SEA Games Vietnam karena dianggap memiliki potensi yang rendah untuk meraih emas. Namun, setelah finis kedua di Kejuaraan AFF, tim tersebut dikirim ke SEA Games dan akhirnya pulang dengan membawa medali perak.
Manajer tim nasional bola voli putra Loudry Maspaitella, yang juga penanggung jawab seleksi atlet nasional di Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI), mencatat bahwa asosiasi olahraga paling tahu kekuatan dari setiap cabang olahraga.
“Sayangnya, terkadang mereka tidak memiliki data penelitian dan pengembangan yang solid, karena ada juga asosiasi yang tidak aktif,” ujarnya.
Oleh karena itu, dibandingkan dengan data yang dimiliki tim peninjau, data mereka lemah.
Tidak mudah mengadopsi sistem baru; dibutuhkan kesabaran dan kesadaran yang tinggi dari berbagai pihak untuk mengutamakan kepentingan Negara.
Atlet harus selalu menjadi aktor utama karena esensi prestasi tidak hanya mengharumkan nama bangsa tetapi juga melahirkan generasi yang berkualitas.
Berita Terkait: SEA Games: KOI akan menambah juri dan wasit Indonesia
Berita Terkait: Kesuksesan Indonesia di SEA Games 2021 Sesuai Harapan: Menteri
Pemecah masalah. Penulis. Pembaca lepas. Gamer setia. Penggemar makanan jahat. Penjelajah. Pecandu media sosial yang tidak menyesal.”