Makanya kami perkuat program satelit penginderaan jauh karena kami (BRIN) ingin menyediakan data (yang bisa digunakan untuk program pembangunan nasional).
Jakarta (ANTARA) – Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penguasaan Teknologi Keantariksaan diharapkan dapat mendorong pengembangan dan pemanfaatan satelit untuk mendukung pembangunan nasional, menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (Strand).
Saat ini pengembangan ilmu antariksa tidak hanya ditujukan untuk eksplorasi antariksa, tetapi juga untuk mendukung program ekonomi dan pembangunan nasional, kata Direktur BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan yang dirilis, Jumat.
“Inilah alasan kami memperkuat program satelit penginderaan jauh karena kami (BRIN) ingin menyediakan data (yang dapat digunakan untuk program pembangunan nasional),” jelasnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2023 ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan resmi dirilis di Jakarta pada 16 Februari 2023.
Pengaturan tersebut meliputi pengendalian dan perlindungan teknologi antariksa, standar dan prosedur keamanan teknologi antariksa, serta partisipasi masyarakat dalam penguasaan teknologi antariksa.
Indonesia mengeluarkan dana ratusan miliar rupiah untuk membeli atau menyewa citra satelit, sehingga jika BRIN bisa membuat satelit penginderaan jauh sendiri akan sangat menguntungkan bagi Indonesia, kata Handoko.
Indonesia dapat menggunakan satelit penginderaan jauh antara lain untuk memantau bencana, kebakaran hutan, tempat penangkapan ikan, tumpahan minyak, penangkapan ikan ilegal, dan tutupan hutan.
Handoko berharap penyelesaian tersebut dapat menjamin dan memberikan kepastian hukum bagi BRIN untuk melakukan pembangunan satelit.
“Mungkin kami tidak akan menggunakan APBN untuk mengembangkannya (satelit). Kami akan mengembangkannya melalui KPBU (kerja sama pemerintah dengan badan usaha), atau kerja sama pemerintah dengan badan usaha. (jadi kami butuh kepastian hukum),” dia menambahkan. .
BRIN berencana mengembangkan 19 satelit penginderaan jauh, yang akan diluncurkan ke orbit dari Indonesia. Upaya tersebut dapat meningkatkan permintaan dan kebutuhan akan layanan pelabuhan antariksa di Indonesia, kata Kepala BRIN.
Memiliki pelabuhan antariksa di Indonesia akan sangat menguntungkan karena akan mengurangi biaya peluncuran satelit sebesar 10 hingga 15 persen karena gaya gravitasi di sekitar ekuator paling lemah, tambahnya.
Saat ini, pemerintah Indonesia sedang bekerja untuk mempercepat pembangunan pelabuhan antariksa Biak Numfor di provinsi Papua.
Berita terkait: Satelit Satria untuk menggenjot pembangunan pusat-pusat ekonomi baru
Berita Terkait: LAPAN bahas pembangunan stasiun peluncuran satelit
Berita Terkait: Kementerian Percepatan Pembangunan Infrastruktur Digital Tahun 2021
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”