Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru-baru ini membuat pernyataan yang menghebohkan dengan mendorong Rusia untuk menyerang negara-negara NATO. Pernyataan ini menuai banyak kritik, termasuk dari Sekjen NATO, Jens Stoltenberg.
Trump menjelaskan bahwa tujuan dari pernyataannya tersebut adalah untuk mendorong negara-negara anggota NATO agar memenuhi kewajiban keuangan mereka dalam aliansi. Sejak lama, Trump telah mengeluhkan NATO dan menuduh sekutu Barat tidak memenuhi kewajiban keuangan mereka serta terlalu bergantung pada AS.
Sebenarnya, negara-negara anggota NATO seharusnya mengalokasikan 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk anggaran pertahanan sendiri. Namun, masih banyak anggota aliansi yang belum memenuhi persentase tersebut.
Meskipun patokan 2% ini bersifat sukarela dan tidak ada sanksi yang ditetapkan dalam perjanjian NATO jika anggota gagal memenuhinya, pernyataan Trump tetap menuai kontroversi. Presiden AS saat ini, Joe Biden, mengutuk komentar Trump sebagai “mengerikan dan berbahaya” karena memberi lampu hijau kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk melancarkan lebih banyak perang dan kekerasan.
Namun, pihak Kremlin menolak mengomentari pernyataan Trump dan mengatakan bahwa Dmitry Peskov hanya sekretaris pers Putin, bukan Trump.
Pernyataan kontroversial Donald Trump ini telah memicu perdebatan dan keraguan terhadap pertahanan kolektif yang dijalankan oleh NATO. Semua pihak berharap bahwa kontroversi ini dapat diselesaikan dengan diplomasi dan dialog yang konstruktif.