Perbandingan kedua vaksin korona ini menarik dan valid. Memang, kedua perusahaan bio-farmasi tersebut menggunakan metode yang sama dalam memproduksi vaksinnya. Yakni teknologi terkini yang didasarkan pada versi sintetis dari molekul virus SARS-Cov-2 yang disebut “messenger RNA” atau disingkat mRNA.
Sejauh ini, belum ada vaksin berbasis teknologi ini yang disahkan secara resmi. Vaksin yang diproduksi dengan teknologi terkini seperti meretas sel manusia dan secara efektif mengubahnya menjadi “pabrik vaksin”. Keunggulan lain dari teknologi terbaru ini adalah produksi vaksin jauh lebih cepat dibandingkan dengan teknologi pembuatan vaksin konvensional.
Perbandingan vaksin BioNTech dari Jerman dan Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Jerman BioNTech, yang telah bekerja sama dengan Pfizer dari Amerika Serikat, pekan lalu mengumumkan telah berhasil membuat vaksin korona pertama di dunia, bernama BNT162b2, dengan efisiensi 90%. Moderna mengikutinya, mengumumkan minggu ini bahwa vaksin mereka, bernama mRNA-1273, efektif hingga 94,5%.
Keunggulan lain yang diumumkan Moderna terkait suhu penyimpanan vaksin yang hanya minus 20 ° Celcius. Artinya lemari pendingin untuk obat dan vaksin yang sekarang dipasang di banyak rumah sakit sudah cukup untuk tempat penyimpanan. Pada suhu ini, vaksin bisa bertahan 6 bulan. Selain itu, transportasi jauh lebih mudah daripada vaksin yang diproduksi oleh BioNTech.
Pekan lalu, dalam pengumuman vaksin korona pertama di dunia, BioNTech mengumumkan kendala, yakni penyimpanan vaksin yang membutuhkan suhu minus 70 ° Celcius yang setara dengan suhu di kutub. Pada suhu sedingin itu, vaksin hanya bisa disimpan selama 15 hari.
Artinya untuk pengangkutan dari pabrik dan penyimpanan di pusat vaksinasi atau rumah sakit, vaksin BioNTech memerlukan lemari es khusus. Diakui oleh semua pihak bahwa ini merupakan tantangan logistik yang sangat besar, terutama bagi negara berkembang.
Perbandingan menarik lainnya adalah ukuran sampel uji dari kedua perusahaan, yang berjuang untuk menaklukkan pandemi korona yang telah merenggut lebih dari 1,3 juta nyawa dan hampir melumpuhkan ekonomi global. Laporan BioNTech telah menguji lebih dari 43.500 responden dengan kandidat vaksin mereka dengan efektivitas 90%. Sementara Moderna melaporkan menguji 30.000 responden, hanya 95 sampel yang diiklankan sebagai sementara, dengan efisiensi 94,5%
Efisien dan aman?
Pertanyaan selanjutnya untuk orang awam adalah: vaksin mana yang paling efektif dan paling aman? Perlu dicatat bahwa kedua jenis vaksin tersebut, hingga berita ini diturunkan, belum mendapat izin resmi dari badan pengawas vaksin dan obat. Apa yang dikatakan oleh kedua perusahaan biofarmasi tersebut adalah hasil uji coba skala besar dari kandidat vaksin tahap ketiga BNT162b2 dan mRNA-1273.
Namun, sejauh ini, kelompok pemantau independen mencatat bahwa tidak ada masalah keamanan dengan kandidat vaksin yang dibuat oleh BioNTech / Pfizer atau kandidat vaksin yang dibuat oleh Moderna.
Meski begitu, dia mengingatkan, ada kemungkinan efek samping setelah penggunaan resmi secara luas. Terutama mengingat proses teknologi terbaru dan platform yang digunakan, vaksin diklasifikasikan sebagai kelompok obat dan vaksin baru.
Terlepas dari perbandingan matematis kedua vaksin korona tersebut, warga dunia menyambut gembira pengumuman yang memberikan harapan bagi pencegahan pandemi corona. Sejauh ini, Covid-19 telah menginfeksi 54 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan runtuhnya sistem kesehatan di banyak negara.
Tetapi Anda juga harus menyadari bahwa produksi, pengangkutan, alokasi dan vaksinasi merupakan tantangan besar. Pasalnya, dibutuhkan dua dosis vaksin per orang untuk memperkuat sistem kekebalan. Bahkan kini ada perebutan kuota vaksin, terutama di negara maju yang sudah memesan ratusan juta dosis vaksin pertama. Oleh karena itu, WHO telah membentuk lembaga khusus agar distribusi kuota merata dan pandemi dapat diberantas secara bersamaan.
as / vlz (AFP, Reuters)
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”