Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kelautan dan Perikanan memprioritaskan kerja sama dengan pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan skala kecil, antara lain melalui penelitian pemberdayaan nelayan dan pengelolaan pesisir untuk meningkatkan system berbasis ekonomi biru.
“Perlindungan dan pemberdayaan nelayan skala kecil telah menjadi prioritas dalam semua kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Sinergi dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan adalah kunci sukses pembangunan kelautan dan perikanan. perikanan,” kata Maritim. Menteri Perikanan dan Pengusahaan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan di Jakarta, Selasa.
Acara yang dilaksanakan di gedung Kementerian Mina Bahari III di Jakarta, Selasa ini ditandai dengan peluncuran kajian Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) dan Yayasan Pesisir Lestari tentang praktik dan implementasi UU Pemberdayaan Nelayan dan Pesisir. dan Undang-Undang Pengelolaan Pulau Kecil di tujuh lokasi.
Acara tersebut digelar untuk membahas sinergi dan kolaborasi pemangku kepentingan dalam pemberdayaan nelayan dan pengelolaan pesisir untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan maritim.
Acara ini juga bertujuan untuk memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang terukur, adil dan berkelanjutan.
Menurut Trenggono, kementerian menjalankan lima software ekonomi biru yang implementasinya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan skala kecil. System-system tersebut dirancang untuk menjaga keberlanjutan ekosistem perikanan, termasuk pelestarian kawasan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun.
System termasuk perluasan kawasan konservasi laut, penangkapan ikan berbasis kuota adaptif, pengembangan budidaya yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, penataan penggunaan ruang laut, pesisir dan pulau, dan penyelesaian pelaut puing-puing.
Berdasarkan proses pengkajian serta hasil kajian mendalam terhadap tantangan dan peluang yang ada, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyusun roadmap ekonomi biru sepanjang masa yang dijabarkan dalam lima system utama untuk menjamin kesehatan. laut dan menjaga keseimbangan alam laut untuk kelangsungan hidup generasi berikutnya, serta menciptakan kesejahteraan, khususnya bagi masyarakat pesisir dan nelayan”, terangnya.
Sementara itu, CEO IOJI Mas Achmad Santosa mengatakan, pihaknya mendukung pemerintah khususnya kementerian dalam menerapkan sustainable ocean economy (BUMN) yang juga dikenal dengan blue economy. .
“Pendekatan ekonomi laut berkelanjutan atau sustainable blue overall economy tentunya harus paralel dan selaras dengan kita semua dalam semangat mengejar aspek keadilan sosial dan keadilan ekologis,” imbuhnya.
Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Coastal Management Act) dan Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Produsen Garam (UU Perlindungan Nelayan).
IOJI melakukan kajian penerapan kedua undang-undang tersebut di tujuh lokasi: Jakarta, Kepulauan Riau, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Sulawesi Utara.
“Berdasarkan hasil penelitian ini, tumbuh optimisme bahwa banyak yang telah kita capai bersama, sementara itu masih ada tantangan dan peluang di depan kita untuk kita tanggapi dan kita selesaikan bersama-sama,” ujarnya. ditambahkan.
Santosa juga menyampaikan terima kasih atas kesediaan kementerian untuk berkolaborasi dan berharap akan ada lebih banyak lagi kolaborasi di masa depan.
Berita Terkait: Nelayan dan petani harus bergabung dalam koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan: menteri
Berita Terkait: Presiden Mendengar Kekhawatiran Nelayan di Cirebon
Berita Terkait: Nelayan adalah pahlawan penyedia protein untuk negara: menteri
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”