TEMPO.CO, Jakarta – Pj Kepala Eijkman Pusat Penelitian Biologi Molekuler-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wien Kusharyoto, dinilai dalam diskusi online, Rabu, Jan. 26, bahwa kekebalan Indonesia terhadap COVID-19 cukup tinggi.
“[We’re] Tidak kalah dengan negara maju dilihat dari jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi,” ujar Wien yang juga mantan kepala laboratorium di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI ini.
Wien menjelaskan, dinding kekebalan menentukan tingkat penularan virus dan hunian rumah sakit, dan berbeda-beda di setiap negara. Menurutnya, ada tiga faktor pendukung yang membangun imunitas.
Yang pertama adalah jenis vaksin. Vaksin berbasis mRNA, menurut Wien, menunjukkan efektivitas terhadap varian baru SARS-CoV-2, seperti Pfizer dan Moderna. Faktor kedua adalah tingkat vaksinasi, baik primer maupun booster. Faktor ketiga adalah kekebalan yang dihasilkan dari infeksi alami.
Namun, Wien juga mengingatkan faktor lain yang menghambat herd immunity, yaitu kecepatan mutasi virus yang memaksa booster vaksin lebih sering, dan perubahan protein virus. “Perubahan signifikan [in virus] bisa membuat vaksin tidak efektif, membutuhkan pengembangan baru dan perizinan yang cepat,” kata Wien.
Wien juga menyinggung tentang tembok kekebalan di Inggris dan AS. Menurutnya, Inggris telah membangun tembok kekebalan yang cukup kuat terhadap COVID-19, sementara AS agak terlambat memberlakukan program vaksin booster.
Membaca: PKS Menyayangkan Buruknya Persiapan Penggabungan Eijkman ke BRIN
MARIA FRANSISCA LAHUR
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”