Vincent Fabian Thomas (The Jakarta Article)
Jakarta
Kam, 10 Juni 2021
Maskapai nasional Garuda Indonesia telah mengandangkan dua pertiga armadanya, dengan alasan masalah sewa dan kebutuhan pemeliharaan.
Garuda menulis dalam keterangannya pada Rabu yang diajukan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa pihaknya hanya mengoperasikan 53 dari 142 pesawat yang ada di armadanya.
Perusahaan menambahkan bahwa di antara pesawat non-operasional, 39 sedang dalam perawatan. Dia tidak merinci standing 50 pesawat yang tersisa, yang sebagian besar adalah Boeing 737-800 dan Bombardier CRJ1000.
“Pandemi telah mengurangi jumlah pesawat yang beroperasi sehingga saat ini hanya 53 pesawat yang beroperasi untuk operasi bisnis perusahaan,” tulis manajemen.
Perusahaan publik tersebut menghadapi masalah keuangan yang serius karena rendahnya permintaan untuk perjalanan udara domestik dan internasional.
Maskapai, yang menyewa 95% armadanya, berusaha mengembalikan banyak pesawat sewaannya untuk mengurangi biaya operasional.
Baca juga: Garuda Diminta Putuskan Sewa 12 Pesawat CRJ1000
“Perusahaan masih bernegosiasi dengan penyewa pesawat yang tidak dapat bergerak, baik untuk melanjutkan operasi mereka atau mengembalikannya,” kata pernyataan itu.
Garuda belum menyampaikan laporan keuangannya untuk setahun penuh 2020, namun laporan keuangan kuartal ketiganya menunjukkan kerugian bersih sebesar $1,07 miliar dalam sembilan bulan pertama tahun 2020.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperkirakan operator memiliki utang lebih dari $4,5 miliar dan merugi lebih dari $100 juta for each bulan.
Maskapai ini berusaha untuk menghemat biaya pekerjaan dengan memotong upah, menunda pembayaran upah, mempercepat system pensiun dini dan memberhentikan pekerja kontrak.
“Perusahaan memperkirakan upah yang belum dibayar pada 31 Desember 2020 lebih dari $ 23 juta,” bunyi pernyataan itu.
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”