Indonesia siapkan strategi khusus kelola krisis pangan dan energi

Indonesia siapkan strategi khusus kelola krisis pangan dan energi

Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia menyiapkan strategi khusus 2023 untuk menghadapi krisis pangan dan energi, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Negara, Senin.

“Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta kita untuk menyiapkan strategi mengantisipasi kelangkaan pangan dan energi di tingkat global. Itu harus kita hindari,” katanya.

Pada Senin, Menkeu mengikuti dua pertemuan terbatas dengan Presiden tentang pengelolaan produk kelapa sawit dan penilaian pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

“Pertama, elementary ekonomi Indonesia relatif kuat. Inflasi kita 4,2%, dengan tingkat pertumbuhan 5% sedangkan tingkat inflasi di Eropa rata-rata 8% dan di AS 9%. Dana di atas 10%, dengan pertumbuhan kredit di atas 9% juga. Ekonomi kita relatif bergerak,” katanya.

Hartarto mengatakan indeks kepercayaan konsumen Indonesia mencapai 128, atau berada di zona optimis (di atas 100). Indeks Keyakinan Konsumen mencerminkan keyakinan konsumen Indonesia terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi mereka untuk periode mendatang.

“Acquiring Managers Index (PMI) kita 50,2% karena ekspor Crude Palm Oil (CPO) masih ada hambatan, tapi sudah mulai bekerja lagi. Selama 26 (berturut-turut) bulan, harmony business kita positif,” kata Menkeu. Dicatat.

Ia juga menginformasikan bahwa stok pangan Indonesia, khususnya beras, aman hingga akhir tahun 2022 dan dalam jumlah yang cukup.

Menurut Menkeu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini tidak menjadi masalah saat ini.

“Ada beberapa penguatan mata uang di berbagai negara, ada juga pelemahan di bagian lain. Itu tidak masalah,” katanya.

Rupiah pada Senin pagi menguat 47 poin atau ,31% menjadi Rp14.950 for each US$1 dari penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di Rp14.991 for every US$1. .

READ  Indonesia dan China bekerja sama dalam kesehatan, ekonomi hijau dan transformasi digital: Duta Besar Indonesia untuk China

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2022 mencatat surplus besar sebesar US$5,09 miliar, dengan ekspor dipatok US$26,09 miliar dan impor senilai US$21 miliar dolar AS. Surplus perdagangan secara keseluruhan didorong oleh ekspor, yang tumbuh lebih cepat dari impor. Pada Januari-Juni 2022, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$24,89 miliar.

Sebelumnya, Hartarto mengatakan situasi ekonomi di Indonesia relatif baik, dengan potensi resesi di bawah 3% di negara lain.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan bahwa berdasarkan penilaian Dana Moneter Internasional (IMF), perekonomian Indonesia dalam kondisi baik mengingat beberapa aspek seperti kinerja ekonomi pertumbuhan neraca pembayaran negara yang mengalami surplus perdagangan selama 26 bulan berturut-turut dan inflasi, yang kurang dari lima persen.

Berita Terkait: Indonesia, AS Sepakat Isu Geopolitik di Balik Krisis Pangan
Berita Terkait: Gotong royong bantu cegah krisis pangan di Indonesia

&#13

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *