G. Shaheed
Mark Eveleigh, seorang travel writer terkenal yang akrab dengan Malayalis melalui majalah travel Yathra milik Mathrubhumi, mengungkapkan pengalaman travellingnya di Indonesia
Indonesia l Foto: Ramees Rajai / Mathrubhumi Yatra
Semua yang berkilau bukanlah emas, kata pepatah. Namun bagi Mark Eveleigh, semua yang ia tulis di ‘Kopi Dulu’, buku terbarunya, adalah kepingan emas yang berkilauan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di benak pembaca.
‘Kopi Dulu’ menyertakan diari perjalanan Indonesia yang ditulis dengan penuh semangat dan romantis, sehingga pembaca tidak dapat menahan godaan untuk membacanya berulang kali karena secara menarik menggambarkan orang-orang dan kehidupan mereka yang tersebar di pulau-pulau terpencil. .
Buku ini menawarkan pemandangan kaleidoskopik pulau yang kaya akan keanekaragaman hayati di planet ini, nomor dua setelah Brasil. Ini membuka kelompok pulau Asia Tenggara ke dunia luar. 12.000 pulau telah digambarkan sebagai keajaiban hidup yang berdenyut.
Pekerjaan secara bertahap mengungkap misteri pulau-pulau ini. Jalan-jalannya diberkahi dengan semangat penelitian. Dia melakukan perjalanan gunung, lembah, hutan, pantai, hutan lebat dan tempat-tempat yang sebelumnya tidak diketahui.
“>
“>
” >
” >
“>
Dia memberi pesan bahwa hal-hal besar terjadi ketika manusia dan gunung bertemu. Perjalanannya ke pulau-pulau Indonesia selama seperempat abad mencerminkan hasratnya seperti yang dilakukan Alfred Russel Wallace yang berlayar ke pulau itu lebih dari 250 tahun yang lalu ketika segala sesuatu di sini masih primitif. Wallace adalah kepribadian multifaset yang mengilhami generasi seperti Darwin.
Mark Eveleigh membawa pembaca ke satwa liar yang melimpah, aspek budaya kehidupan desa, jajaran perbukitan, hutan hijau, lembah, dan banyak pemandangan menakjubkan lainnya. Kita ingat letusan supervolcano Toha yang terjadi 74.000 tahun lalu. Para ilmuwan mengatakan letusan seperti itu dapat terjadi setiap 50.000 tahun sekali.
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”