Jakarta (ANTARA) – Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menegaskan olahraga Indonesia harus bersih dari doping dan prestasi hanya bisa diraih melalui latihan dan kerja keras.
“Kita ingin Indonesia memiliki prestasi olah raga yang luar biasa di tingkat dunia, namun prestasi tersebut hanya dapat diraih melalui latihan, kerja keras dan disiplin, bukan dengan segala cara termasuk doping”, ujar Menkeu dalam seminar “Sinergi Pemangku Kepentingan”. untuk mewujudkan olahraga Indonesia bebas doping” di sini, Rabu.
Seminar anti doping ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan oleh Organisasi Anti Doping Indonesia (IADO) sejak didirikan untuk menggantikan Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), ujarnya.
Menteri mencatat bahwa selain untuk mensosialisasikan peraturan anti-doping kepada federasi olahraga, pelatih dan atlet, seminar tersebut menunjukkan tekad Indonesia untuk mewujudkan olahraga yang bersih dan sportif, terutama dengan kehadiran perwakilan Badan Anti-Doping Dunia (WADA).
“Kegiatan ini dapat meningkatkan citra (positif) Indonesia di mata WADA dan masyarakat dunia atas komitmen kita untuk mewujudkan olahraga disiplin dan atletis dengan tekad anti doping kita,” kata Amali.
Berita Terkait: WADA akan mengaudit Organisasi Anti-Doping Indonesia pada 2023
Sanksi WADA 2021 terhadap Indonesia karena gagal memenuhi standar kontrol doping internasional, yang mencabut hak negara untuk berpartisipasi dan menjadi tuan rumah kejuaraan dunia, merupakan pengingat yang gamblang bagi Indonesia untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
“WADA memiliki buku aturan yang komprehensif. Saya menyadari bahwa kami hanya perlu memahami aturan anti-doping ketika kami telah dijatuhi sanksi. Saya harap sanksi itu akan menjadi yang terakhir, dan sanksi yang kami terima saat itu memberi kami pelajaran berharga dalam antidoping,” jelas Menkeu.
Sementara itu, Presiden IADO Gatot S. Dewa Broto mengatakan sanksi 2021 tidak hanya ditujukan pada dua kasus doping di kalangan atlet Indonesia, tapi juga untuk menghukum buruknya tata kelola antidoping Indonesia.
“Sebetulnya hanya ada dua atlet yang terlibat kasus doping, tapi (sanksi juga) karena tata kelola antidoping Indonesia sangat memprihatinkan. Seperti yang dikatakan perwakilan WADA tadi, (saat itu) regulasi tidak diikuti, komunikasi tidak tidak baik, dan kewajiban WADA tidak dihormati,” ujarnya.
Berita Terkait: WADA untuk memberikan materi kepada Forum Anti-Doping Nasional
Berita Terkait: KONI dan IADO tingkatkan pendidikan anti doping di Indonesia
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”