Menjelang peluncuran Tahun Kebudayaan Qatar-Indonesia 2023, museum-museum Qatar melakukan upaya tak kenal lelah untuk mempersiapkan acara tersebut dengan melengkapi museumnya dan mempersembahkan pencapaian baru kepada audiens lokal dan internasional. Dalam sebuah pernyataan kepada Kantor Berita Qatar (QNA), Wakil Direktur Urusan Kurator di Museum Seni Islam (MIA), Shaika Al Nasr, mengatakan bahwa menyusul peningkatan fasilitas baru-baru ini dan menata ulang serta merelokasi galeri koleksi permanennya, MIA telah memperkenalkan galeri baru yang menarik yang didedikasikan untuk Asia Tenggara, subjek yang biasanya tidak ditampilkan. di museum seni Islam. Galeri juga menyoroti hubungan antara budaya yang berbeda melalui pameran perdagangan komoditas dan pertukaran ide di seluruh dunia Islam dan sekitarnya. Dia menambahkan, “Di MIA, kami menceritakan kisah penyebaran Islam di seluruh dunia dan pengaruhnya terhadap seni dan budaya. MIA yang baru melengkapi kisah tersebut dengan penambahan galeri di O wilayah Samudra Hindia dan Asia Tenggara.” Shaikha Al Nasr menjelaskan, di dua galeri yang akan menyambut masyarakat mulai 12 Maret ini, akan dipamerkan benda-benda temuan kapal karam di lepas pantai kota Cirebon di Laut Jawa tahun 2001 karena isinya sekitar lima ratus ribu. artefak dari Afrika Timur, Timur Tengah, India, Asia Tenggara dan Cina, di mana ia tenggelam sekitar tahun (359-360 AH / 970 M ), mencatat bahwa penyebab tenggelamnya diyakini kelebihan muatan di kapal. Wakil Direktur Urusan Konservasi MIA mencatat bahwa artefak yang ditemukan di dasar laut ini menunjukkan dampak perdagangan di kawasan ini, menekankan bahwa semua karya yang dipamerkan adalah milik koleksi MIA dan Museum Qatar. artefak langka dalam pameran tersebut, Shaikha Al Nasr mengungkapkan keris kayu berlapis emas dari abad ke-10 H, yang menunjukkan kemasyhuran Indonesia akan kekayaan mineral dan emas. Barang berharga di dua galeri tersebut adalah sebuah manuskrip Alquran dari Indonesia dan Jawa yang berasal dari abad ke-13 H, dan sebuah kalung (Bora atau Bora Bora) dari Indonesia, Sumatera Utara, Karo Karo Batak, yang berasal dari abad ke-13 – 14 H.
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”