Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, keberatan menghentikan operasi militer melawan Hamas di Gaza. Dalam pidatonya, Netanyahu menegaskan bahwa pasukannya akan terus melawan sampai meraih kemenangan total. Pemimpin Israel ini menyoroti pentingnya menuntut pembalasan setimpal atas kematian 15 tentara Israel dalam pertempuran tersebut.
Pernyataan tersebut muncul setelah konflik antara Israel dan Gaza semakin meruncing selama beberapa minggu terakhir. Israel melaporkan melancarkan serangan udara terhadap wilayah Palestina sebagai tanggapan atas serangan roket yang dilakukan oleh Hamas.
Sementara itu, pemerintah Israel juga menuduh Hamas menggunakan sekolah dan fasilitas sipil sebagai tempat penyimpanan senjata dan meluncurkan serangan. Netanyahu menyebut tindakan ini sebagai kejahatan perang yang tidak bisa diabaikan.
Berdasarkan laporan yang ada, eskalasi kekerasan telah menelan korban jiwa di kedua pihak, baik di pihak Israel maupun Palestina. Jumlah korban jiwa yang terus meningkat membuat situasi semakin tegang dan menimbulkan kekhawatiran masyarakat internasional.
Netanyahu juga menekankan bahwa Israel tidak akan mundur atau menghentikan operasi militer hingga mencapai tujuan akhir. Ia berkomitmen untuk melindungi keselamatan warga Israel dan menjaga keamanan negara.
Namun, pernyataan Netanyahu ini juga menuai kritik dari beberapa pihak yang khawatir akan dampaknya terhadap kemanusiaan di Gaza. Beberapa akademisi dan aktivis menuntut agar serangan udara dihentikan dan menyoroti perlunya dialog damai untuk mengatasi konflik yang berkepanjangan ini.
Sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, masyarakat internasional terus memantau situasi di Israel dan Gaza. Upaya diplomatik pun terus dilakukan untuk mencari jalan keluar dari konflik ini. Semoga kedua pihak bisa mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan guna menciptakan perdamaian di kawasan tersebut.