Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini mengungkapkan rencana Israel terkait masa depan wilayah Gaza setelah serangkaian serangan Hamas. Netanyahu mengungkapkan bahwa Israel berencana untuk menguasai wilayah Gaza secara militer dan tidak akan mengikuti tuntutan dunia internasional untuk menghentikan serangan tersebut.
Menurut Netanyahu, setelah perang, pemerintahan sipil akan beroperasi di Gaza di bawah kendali negara-negara Teluk. Ia berpendapat bahwa Pemerintah Otoritas Palestina (PA) di Ramallah tidak dianggap sebagai pilihan yang layak untuk memerintah Gaza setelah konflik ini karena diyakini mendukung teroris yang mengancam keselamatan Israel.
Kampanye militer yang dilancarkan Israel di Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 1.200 orang. Seiring berjalannya waktu, jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat dan saat ini sudah mencapai lebih dari 18.205 orang. Dari jumlah tersebut, hampir dua pertiga di antaranya adalah perempuan dan anak-anak yang menjadi korban tak berdosa dalam konflik ini.
Rencana Israel untuk mengambil kendali militer di Gaza ini tentu mendapatkan beragam tanggapan dari dunia internasional. Banyak negara dan organisasi telah menekan Israel untuk segera menghentikan serangan dan menghindari lebih banyak korban sipil. Namun, Israel terus mempertahankan keputusannya dan berusaha memastikan keamanan dan kestabilan di daerah tersebut.
Dalam situasi yang semakin memanas ini, bantuan internasional dan upaya diplomatik sangat diperlukan untuk mencapai perdamaian di wilayah tersebut. Semoga upaya tersebut bisa segera muncul dan memberikan solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik ini. Terus pantau berita terkini di situs ‘Bolamadura’ untuk informasi lebih lanjut mengenai perkembangan terbaru di Gaza.
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”