JAKARTA, 7 Oktober (Reuters) – Parlemen Indonesia akan memberikan suara pada hari Kamis tentang apakah akan mendukung proposal pemerintah untuk salah satu revisi pajak paling ambisius di negara itu, termasuk kenaikan tarif PPN, pajak karbon baru, dan pembatalan rencana pengurangan pajak. pajak pendapatan perusahaan.
Pemerintah mengatakan RUU harmonisasi pajak bertujuan untuk mengoptimalkan pengumpulan pendapatan, sekaligus memastikan sistem perpajakan yang lebih adil, setelah kas negara terpukul keras tahun lalu karena pandemi COVID-19.
Tetapi beberapa kelompok bisnis dan analis mempertanyakan waktu rencana kenaikan pajak, dengan pemulihan ekonomi dari pandemi yang terlihat masih rapuh.
RUU tersebut menetapkan tarif PPN atas penjualan hampir semua barang dan jasa turun dari 10% sekarang menjadi 11% April mendatang dan 12% pada 2025, menurut salinan yang ditinjau oleh Reuters.
Itu juga akan menjaga tarif pajak perusahaan tidak berubah pada 22%, dibandingkan dengan rencana sebelumnya untuk menguranginya menjadi 20% tahun depan. Langkah-langkah lain dalam RUU tersebut termasuk tarif pajak yang lebih tinggi untuk orang kaya, pemotongan pajak penghasilan untuk sebagian besar orang lain, pajak karbon baru, dan software amnesti pajak baru.
RUU itu telah disetujui oleh komite keuangan parlemen pekan lalu. Parlemen biasanya mengikuti persetujuan komite.
Pemerintah telah membuat beberapa konsesi dibandingkan dengan proposal awal. Awalnya, dia berusaha menaikkan PPN menjadi 12% sekaligus. Dia juga membatalkan rencana penerapan pajak minimal bagi perusahaan merugi yang diduga melakukan penggelapan pajak.
Perubahan dari proposal awal berdampak positif bagi keuangan publik dan pemulihan ekonomi, kata Myrdal Gunarto, ekonom di Maybank Indonesia.
“Dampak perubahan PPN secara bertahap tidak akan terlalu drastis terhadap inflasi (…) dan pemotongan pajak dapat memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya,” katanya.
Langkah-langkah tersebut juga dapat membantu pemerintah meningkatkan pendapatan tahun depan, yang dapat mengurangi defisit anggaran dan membantu pihak berwenang memenuhi tujuan mereka untuk mengurangi kesenjangan anggaran hingga kurang dari 3% dari PDB pada tahun 2023, kata pemerintah Ekonom Citi Helmi Arman.
Namun, beberapa kelompok bisnis, seperti Asosiasi Operator Pusat Perbelanjaan, telah meminta parlemen untuk menunda kenaikan PPN sampai daya beli warga pulih lebih lanjut, menurut media lokal. (Laporan oleh Gayatri Suroyo Penyuntingan oleh Kim Coghill)
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”