JAKARTA, KOMPAS.com – Ekspor lobster adalah kontroversi di Indonesia. Kontroversial ekspor benih lobster kembali terpaku pada publik setelah Komisi Pemberantasan Korupsi baru-baru ini ( NCP) menangkap Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
Penangkapan Edhy terkait dengan aturan tata niaga ekspor benih lobster yang sebelumnya dilarang oleh Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019. Susi Pudjiastuti.
Edhy mencabut larangan ekspor benih lobster yang diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) nomor 56 tahun 2016, tentang larangan penangkapan dan / atau ekspor lobster, rajungan, dan rajungan asal Indonesia.
Di er Susi, ekspor lobster Padahal benih masih dianggap kurang menguntungkan, karena nelayan Indonesia bisa mendapat lebih banyak uang jika lobster dijual dalam ukuran dewasa.
Baca juga: Luhut meminta KPK tidak menilai berlebihan Edhy Prabowo
Berapa harganya harga lobster di pasar dunia?
meluncurkan Magang bisnisPada Sabtu (28/11/2020) lalu, harga lobster di pasaran dunia memang sangat mahal. Di Amerika Serikat (AS), di mana permintaan lobster sangat tinggi di dunia, sepiring menu lobster seberat 1 pon (0,5 kg) di restoran berharga sekitar US $ 45 atau sekitar Rp 630.000 (kurs Rp 14.000).
Harga bisa jauh lebih tinggi tergantung pada lokasi restoran. Beberapa faktor penting turut mendorong tingginya harga lobster di negara tujuan ekspor.
Setelah ditangkap oleh nelayan, peredaran lobster juga cukup lama, mencapai meja restoran. Berbeda dengan hasil perikanan lainnya, hampir sulit menemukan tempat pembudidayaan lobster yang dapat menghasilkan lobster dengan harga murah.
Ini karena makhluk diklasifikasikan sebagai kulit buah Tumbuh perlahan, makan banyak dan rentan terhadap penyakit.
Baca juga: Profil Edhy Prabowo: Mantan Tentara, Juara Silat, Pengusaha
Selain itu, membudidayakan lobster untuk diambil telurnya juga sangat sulit. Kondisi ini menyebabkan nelayan mengambil benih yang hilang di alam liar.
Budidaya lobster ini sudah banyak dilakukan oleh nelayan Vietnam. Mereka mengandalkan benih ikan nelayan Indonesia.
Penyediaan benih lobster sendiri sangat bergantung pada alam. Distribusi lobster juga turut mendorong tingginya harga. Banyak lobster yang masih hidup berjam-jam sebelum disajikan di restoran.
Untuk menjaga lobster tetap hidup selama pengiriman, penyimpanan dan penanganan khusus diperlukan untuk menjaga kelembapan dan tingkat oksigen yang dibutuhkan lobster agar tetap hidup.
Baca juga: Kami berharap Edhy Prabowo tidak berasal dari partai politik
Sejumlah restoran menganggap lobster paling baik dimasak hidup-hidup. Daging lobster akan menjadi keras dan kenyal saat dimasak mati.
Alasan lainnya, jika lobster mati jauh sebelum dimasak maka bakteri akan memiliki waktu lebih banyak untuk berkembang dan merusak kualitas daging lobster.
Faktor penanganan tambahan selama pengiriman membuat lobster menjadi cukup mahal di pasaran.
Lobster memang bukan menu yang mudah dimasak di mata koki restoran. Lobster merupakan salah satu hewan laut yang dagingnya sulit dikeluarkan dari kulitnya jika tidak dimasak dengan benar.
Pengolahan yang tidak tepat dapat membuat daging menjadi keras saat dimakan. Inilah mengapa beberapa perusahaan pengolahan lobster menggunakan air bertekanan tinggi untuk memasaknya.
Baca juga: Luhut Puji Edhy Prabowo: Dia seperti Ksatria
Sedangkan Kepala Pusat Penelitian Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan ( CCPRiyanto Basuki menjelaskan, lobster membutuhkan air yang ideal untuk pemijahan.
Hanya sedikit tempat di dunia yang dianggap cocok untuk habitat lobster bernilai tinggi, seperti spesiesnya panulirus sp yang banyak diminati di pasar ekspor.
Menurut Riyanto, meski Vietnam memiliki perairan, namun lokasi negara tersebut kurang ideal untuk pengembangan benih lobster dibandingkan beberapa pantai di Indonesia.
Ia mengatakan lobster mahal seperti panulirus sp. Biasanya bertelur di perairan tropis yang memiliki karang berpasir yang bagus. Pantai Pangandaran adalah salah satunya.
“Lobster butuh tingkat kesesuaian. Lobster yang dibudidayakan dan ditangkap di alam juga berbeda. Saat ini di Indonesia yang paling cocok ada di Pangandaran dan Lombok Timur,” kata Riyanto. Kompas.com.
Baca juga: Ditangkap Edhy Prabowo, KKP menghentikan sementara ekspor benih lobster
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”