Pihak berwenang Indonesia telah mengakui bahwa sertifikat vaksinasi COVID-19 presiden negara itu beredar online dan mencoba menjelaskan bahwa itu adalah indikasi transparansi yang mengagumkan, bukan keamanan yang suram. .
Tak ayal, sertifikat vaksinasi Presiden Joko Widodo diumumkan akhir pekan lalu.
Alasan penyebarannya diperdebatkan.
Di satu sisi, ada pihak yang berargumen bahwa debut publik yang tak terduga dari dokumen tersebut merupakan bukti lebih lanjut bahwa pemerintah Indonesia buruk dalam mendapatkan informasi. Bukti untuk mendukung argumen ini mudah ditemukan: Pendaftaran hanya dicatat kebocoran informasi pribadi aplikasi manajemen karantina COVID Indonesia, dan lainnya di skema jaminan kesehatan nasional. Indonesia juga mendesak warga untuk berhenti memposting sertifikat vaksinasi mereka sendiri di media sosial karena berisi data pribadi lainnya.
Kemunculan catatan imunisasi Presiden Widodo—bersama dengan tanggal dan waktu ia divaksinasi—telah dikritik karena merusak kepercayaan publik tidak hanya pada proses imunisasi, tetapi juga pada layanan digital pemerintah secara umum.
Bukan itu yang dibutuhkan Indonesia. Bangsa ini adalah negara keenam belas di dunia dalam hal PDB, dan keempat dalam hal populasi, dan meskipun di ambang menjadi kekuatan ekonomi, layanan pemerintahnya tidak terdistribusi dengan baik atau canggih.
Oleh karena itu dikeluarkannya pernyataan bersama Kementerian Kesehatan negara tersebut, Badan Siber dan Kripto Nasional, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang bersama-sama memberikan penjelasan yang sepenuhnya tidak bersalah atas kebocoran tersebut.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa layanan online memungkinkan untuk mengambil sertifikat vaksinasi untuk tujuan verifikasi, dengan nama warga negara, nomor identifikasi nasional, tanggal lahir, tanggal vaksin dan jenis vaksin yang diperlukan.
Badan-badan itu mengatakan laporan itu menawarkan banyak bukti tentang kapan presiden itu terjebak. Nomor KTP nasional, tambah mereka, akan diumumkan melalui situs KPU, sehingga nomor Widodo tidak sulit ditemukan. Ulang tahunnya juga bukan rahasia.
Jenis vaksinnya agak sulit ditebak, karena Indonesia tampaknya telah menggunakan setidaknya empat dan mungkin hingga sepuluh jenis vaksin yang berbeda! Tetapi dengan diketahuinya empat dari lima titik data yang diperlukan, menebak jab yang diterima Widodo tidak akan membutuhkan banyak keterampilan teknologi, jika ada.
Agensi juga mengklaim bahwa mereka baru-baru ini meningkatkan privasi dengan menghapus kemampuan menggunakan nomor ponsel untuk mencari status imunisasi. Jadi keamanannya baik-baik saja, terima kasih banyak. Kecuali jika Anda adalah presiden atau tokoh terkemuka lainnya yang informasi pribadinya diperlukan dalam domain publik. ®
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”