196 Juta Pengguna Internet Indonesia, Masih Terkonsentrasi di Pulau Jawa: Survei APJII – Bisnis

Eisya A. Eloksari (The Jakarta Post)

Jakarta
Rabu 11 November 2020

11-11-2020
14:56
213
e22cd4161040e111d73a5626c4faa32b
1
Bisnis
Indonesia, Pengguna Internet, Akses, Pulau Jawa, APJII, Ketimpangan
Melepaskan

Jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat 14,6% menjadi 196 juta orang tahun lalu, dari 171 juta pada 2018, meskipun tantangan terus-menerus dengan akses yang tidak merata dan literasi digital, menunjukkan survei nasional Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Survei tersebut juga menemukan bahwa tingkat penetrasi internet Indonesia naik menjadi 73,7% dari 64,8% pada 2018. Ini berarti negara ini mengejar ketertinggalan negara tetangganya Brunei, Singapura dan Thailand, yang tingkat penetrasi internetnya melebihi 70% tahun lalu.

Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono mengatakan, sejak survei dilakukan pada triwulan II-2020, angka tersebut juga mencerminkan penggunaan internet selama pandemi. Survei APJII umumnya diasumsikan mencerminkan angka dari tahun sebelumnya.

“Kami melihat lebih banyak orang mengakses situs pendidikan karena siswa harus belajar di rumah selama waktu itu,” katanya saat studi tersebut ditayangkan, Senin.

Terlepas dari jumlah pengguna Internet yang lebih besar, konektivitas tetap sangat terkonsentrasi di Jawa, pulau terpadat di negara ini, diikuti oleh Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, dan terakhir, Maluku dan Papua, menurut survei tersebut. .

Akses internet yang tidak merata ini membuat Indonesia berada di posisi 56e menempati posisi indeks kompetitif digital, sama seperti tahun lalu, karena negara ini terus berjuang untuk menyediakan koneksi internet di daerah terpencil.

Sementara itu, Dirjen TI Kementerian Komunikasi dan Informatika Ahmad M Ramli mengatakan tantangan terbesar ke depan adalah menyediakan internet ke sekitar 12.500 desa di tanah air tanpa koneksi 4G.

READ  Indonesia: Indonesia menyerukan untuk menghidupkan kembali dialog antaragama dengan India di tengah protes ekstremis

Baca juga: Pemerintah menjanjikan layanan internet 4G nasional pada tahun 2022

“Kami akan mulai mengembangkan infrastruktur internet di titik-titik buta negara, terutama tahun depan,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah berencana untuk menyediakan akses internet ke sekitar 4.000 desa dan kecamatan di wilayah tersebut. dan daerah perbatasan (3T) pada tahun 2021.

Pada bulan Agustus, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengumumkan bahwa pemerintahannya akan mengalokasikan 30,5 triliun rupee ($ 2,1 miliar) dalam APBN 2021 untuk pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempercepat transformasi digital untuk pemerintahan dan mempromosikan inklusi konektivitas.

Kurangnya pengetahuan dan ketersediaan perangkat yang sesuai untuk mengakses internet juga menjadi salah satu hambatan yang membuat orang tidak bisa online, kata Henri.

Namun, 2020 e-Conomy SEA Sebuah laporan dari Google, Temasek dan Bain & Company juga menemukan bahwa Asia Tenggara telah menambahkan 40 juta pengguna internet baru sepanjang tahun ini, naik dari 360 juta pengguna tahun lalu.

Survei APJII juga menunjukkan bahwa 95% masyarakat Indonesia mengakses internet melalui smartphone dengan data seluler, dan kurang dari 10% menggunakan koneksi fixed broadband di rumah, di kantor atau di tempat umum.

“Ini merupakan tantangan bagi penyedia layanan Internet untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband di masa depan,” katanya.

Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia, Henri juga mewaspadai risiko keamanan siber. Survei APJII menemukan bahwa 57,8% dari mereka yang disurvei mengatakan data pribadi mereka di internet aman dan 66,4% mengatakan virus tidak pernah menginfeksi perangkat mereka.

Namun, Henri menyarankan bahwa tanggapan hanya mencerminkan persepsi pengguna dan tidak berkorelasi dengan kenyataan.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sebelumnya mengungkapkan Indonesia mencatat lebih dari 88 juta serangan siber dalam empat bulan pertama tahun ini.

READ  Pesan publik yang kacau tentang coronavirus tidak hanya membingungkan. Itu berbahaya

Baca juga: Perusahaan Indonesia meningkatkan anggaran keamanan siber dalam menghadapi serangan yang meluas

Presiden Pusat Penelitian Keamanan Sistem Komunikasi dan Informasi (CISSReC) Pratama Persadha mengatakan ada kemungkinan underreporting dengan lebih banyak serangan cyber daripada yang sebenarnya dilaporkan, karena data APJII berasal dari laporan pribadi.

“Masyarakat tidak merasa terancam oleh serangan cyber jika tidak ada kerugian finansial atau akun yang dicuri, tetapi serangan cyber tidak hanya itu. Mereka bisa datang dalam bentuk email spam atau pesan teks penipuan, ”katanya. Jakarta Post Selasa.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa kurangnya pendidikan menghasilkan kesadaran keamanan digital yang rendah, yang dapat merugikan karena meningkatkan kerentanan orang terhadap kejahatan dunia maya.

“Dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di tanah air, pemerintah harus memasukkan keamanan siber dalam kurikulum sekolah dan penyedia internet harus terus mengedukasi konsumennya melalui iklan, misalnya,” tegasnya.

Senada dengan itu, direktur program organisasi literasi digital ICT Watch, Indriyatno Banyumurti, juga menyarankan agar kurikulum nasional memasukkan pelajaran literasi digital, seperti privasi dan keamanan data dan berpikir kritis saat mengumpulkan informasi secara online.

“Banyak orang masih merasa percaya diri untuk membagikan data pribadi mereka di media sosial, dan itu mengkhawatirkan,” katanya.

Written By
More from Suede Nazar
Serangan siber menghantui strategi COVID-19 Indonesia – Indonesia
Divya Karyza dan A. Muh. Ibnu Aqil (The Jakarta Post) PREMIUM Jakarta...
Read More
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *