Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas pada pagi hari awal pekan ini Senin (21/9/2020) telah berubah hidangan. Konsensus pasar kemungkinan akan terpecah untuk menebak harga logam kuning untuk minggu ini.
Pukul 06.20 WIB, harga emas dunia di pasar spot US $ 1.949,5 / troy ounce. Pada Jumat (18/9/2020), harga emas ditutup pada stage US $ 1.949,7 / troy ounce.
Sepanjang September, emas diperdagangkan antara US $ 1.931 dan US $ 1.970, lebih rendah dari volatilitas bulan sebelumnya dengan harga emas terendah US $ 1.918 dan tertinggi di US $ 2.036.
Survei Kitco menunjukkan, harga emas masih berpeluang menguat pekan ini. Survei dilakukan di antara para analis dan responden Wall Avenue yang berasal dari Most important Road.
Dari 14 analis Wall Avenue yang disurvei, 7 orang (50%) memiliki pandangan optimis tentang emas. Hingga enam responden (43%) percaya harga emas akan seperti itu di samping dan hanya satu orang yang mengira harga emas akan turun (kasar).
Hasil survei analis Wall Road sedikit berbeda dengan tanggapan responden Main Avenue. Dari 1.367 responden yang memilih secara on the internet (on line) Ada 60% responden yang menjawab bahwa harga emas minggu ini naik, 21% netral dan sisanya 18%. kasar.
George Gero, Handling Director RBC Prosperity Administration, adalah seorang profesional Wall Road yang optimis di bidang emas. Dia menilai prospek emas masih positif, namun dalam waktu dekat harga tidak akan berbalik ke amount US $ 2.000 / troy ounce.
“Ada banyak masalah di dunia ini yang dapat mendorong harga emas naik, tetapi dengan tidak adanya stimulus lebih lanjut dari The Fed, harga emas tidak akan mencapai amount tersebut. [US$ 2.000]katanya seperti dilansir Kitco News.
Satu-satunya orang yang berpikir harga emas akan turun minggu ini adalah Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Financial institution. Dalam laporan penelitian terbaru, Ole Hansen mengatakan kebijakan lender sentral yang mengecewakan dapat menyebabkan harga emas menguji stage aid di US $ 1.900 / troy ounce.
Minggu lalu, financial institution sentral paling berpengaruh di dunia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga rendah hingga setidaknya 2023. Jerome Powell, Ketua The Fed, mengatakan kebijakan moneter akan tetap akomodatif.
Tidak ada sinyal lain yang dikeluarkan oleh The Fed selain ekspresi ini dan perkiraan awal yang lebih baik untuk inflasi, perkembangan PDB dan pengangguran.
Dalam keterangannya, Ole Hansen juga menambahkan bahwa harga emas cenderung berkorelasi dengan pasar modal. “Emas masih berkonsolidasi dengan sebagian besar enter berasal dari ekuitas dan ada korelasi positif yang kuat antara S&P dan emas,” ujarnya.
“Kami masih melihat risiko penurunan pada saham dengan fokus pada amount aid di bawah 11.000 di Nasdaq.”
Selain sebagai aset protected haven, emas juga berfungsi sebagai aset hedging (selimut) terhadap devaluasi mata uang akibat inflasi. Stimulus raksasa yang diluncurkan oleh bank sentral, khususnya G4 (Fed, ECB, BoJ, BoE) telah menggembungkan neracanya dan ada kekhawatiran bahwa suntikan likuiditas besar-besaran ini akan memicu peningkatan inflasi.
TIM PENELITI CNBC INDONESIA
(yang / yang mana)
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”