Memuat…
“Kita harus realistis di sana. Kita juga harus kompetitif, jangan sampai mahal. Saat ini kita bersaing dengan negara tetangga. Jangan sampai faktor ini membuat orang menjauh. Padahal kita punya potensi besar,” ujarnya. dia menyatakan. (Baca juga: Ferrari mengaku lebih sulit membuat SUV daripada mobil sport)
Sebab, kata dia, UMP memiliki peran penting dalam pertimbangan tersebut. Menurutnya, salah satu anggota Gaikindo menguji kenapa produk tidak bisa dibuat di Indonesia? “Kami tidak bisa lagi melakukannya karena beberapa faktor, salah satunya adalah UMP. Karena itu terkait dengan produktivitas. Ada negara dengan PMU rendah tetapi produktivitas tinggi. melewati ambang pintu, “katanya.
Meski tidak menyebut nama negaranya, Thailand sebenarnya merupakan salah satu negara yang memiliki UMK yang tergolong rendah dibandingkan Jakarta atau UMK di Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Purwakarta yang memiliki banyak pabrik. , termasuk pabrik mobil.
Thai PBS Globe menyebutkan bahwa pada 1 Januari 2020, pemerintah Thailand menetapkan upah bare minimum yang diberlakukan di berbagai wilayah Thailand. Salah satunya adalah kawasan Rayong, kawasan tempat pabrik-pabrik otomotif world wide mendirikan pabrik. (Baca juga: Demi ilmu pengetahuan, Volvo menjatuhkan 10 mobil baru dari ketinggian 30 meter)
Di Rayong, upah satu hari kerja adalah 336 baht for every hari atau setara dengan Rp 156.000 for every hari. Jika dikalikan dengan 22 hari kerja efektif, mereka akan mendapat gaji bulanan sebesar Rp 3,4 juta. Upah minimum di Rayong cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Thailand yang kurang dari 336 baht for each hari.
Tahun lalu saat kampanye pemilu di Thailand ada pidato dari parpol dengan rencana kenaikan UMP yang mencapai 425 Baht for each hari atau setara Rp 197.860 atau s ‘. dikalikan 22 hari mencapai Rp Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Namun usulan tersebut gagal dan Thailand menetapkan kenaikan UMP yang hanya mencapai Rp 3,4 juta. Uniknya, dengan upah minimal sebesar itu, industri otomotif Thailand masih produktif dibandingkan negara ASEAN lainnya, termasuk Indonesia. Hal itu bahkan diakui Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang pada Agustus lalu.
“Dalam konteks pasar otomotif, Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara. Pada 2019, lebih dari satu juta kendaraan terjual di pasar domestik. Dan 300.000 telah diekspor ke dunia. Namun secara produksi, harus kita akui, Indonesia masih di bawah Thailand. Agus mengatakan di Competition On the web Otomatis Indonesia, Jumat (14/8).
Pada 2019, Thailand mampu memproduksi 2.013.710 unit mobil. Jauh lebih besar dari Indonesia yang hanya 1.286.848 device. Potensi ini bisa runtuh setelah industri otomotif dalam negeri kembali dihantam pandemi Covid-19. Padahal, di tengah pandemi Covid-19, pekerja Thailand masih memimpin. Menurut facts ASEAN Vehicle Federation, pada paruh pertama tahun ini, Indonesia masih tertinggal jauh di negeri gajah putih.
Sejak Januari hingga Juni 2020, produksi mobil di Indonesia hanya 369.545 device. Angka itu turun 37,6 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi 592.396 unit. Sedangkan di Thailand, produksi mobil selama enam bulan tahun ini sebanyak 606.132 unit. Angka ini turun 43,1 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi 1.065.945 unit.
Mengutip pernyataan awal Kukuh Kumara, menaikkan upah minimal di Indonesia memang akan meninggalkan dilema persaingan biaya produksi dengan negara tetangga. Memang, investor otomotif masih bisa melihat dengan jelas bahwa ada negara dengan upah minimum amount rendah tapi produktivitas tinggi.
(wsb)
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”