Jakarta mengerahkan lima kapal angkatan laut, dibantu oleh patroli udara di Laut Natuna utara setelah kapal China dan AS terdeteksi di perairan internasional terdekat.
Angkatan Laut Indonesia meningkatkan patroli di sekitar Kepulauan Natuna di Laut Cina Selatan setelah kapal-kapal China dan AS terdeteksi di dekat perairan internasional, meskipun mereka mengatakan kapal-kapal itu tidak menimbulkan gangguan, kata seorang pejabat angkatan laut.
Lima kapal angkatan laut, dibantu oleh patroli udara, telah dikerahkan ke Laut Natuna utara untuk mengamankan daerah itu, kata Komandan Armada Barat Angkatan Laut Indonesia Arsyad Abdullah kepada wartawan, Kamis.
“Posisi TNI AL di Natuna Laut Utara sangat tegas dalam melindungi kepentingan nasional di wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai dengan hukum nasional dan internasional yang telah diratifikasi sehingga tidak ada toleransi terhadap setiap pelanggaran di Natuna Laut Utara,” kata Arsyad. .
Pada tahun 2017, Indonesia mengganti nama Zona Ekonomi Eksklusif bagian utara di Laut China Selatan menjadi Laut Natuna Utara, sebagai bagian dari kemunduran terhadap ambisi teritorial maritim China.
Arsyad mengatakan kapal Angkatan Laut AS dan China terdeteksi di dekatnya baru-baru ini, tetapi mengatakan mereka tidak menimbulkan gangguan, menambahkan bahwa mereka masih berada di perairan internasional.
Kebuntuan multi-minggu di Natuna terjadi pada awal Januari tahun lalu ketika sebuah kapal Penjaga Pantai China dan kapal penangkap ikan yang menyertainya memasuki Laut Natuna utara, mendorong Indonesia untuk mengirim jet tempur dan memobilisasi nelayannya sendiri.
“Tidak ada tawar menawar mengenai kedaulatan kita, wilayah negara kita,” kata Presiden Indonesia Joko Widodo usai kejadian tersebut.
Pada tahun 2016, sebuah kapal angkatan laut Indonesia juga menembak kapal penangkap ikan China yang dituduh melakukan penangkapan ikan ilegal di dekat Natuna, menyusul serangkaian bentrokan tahun itu.
Pada tahun yang sama, Indonesia juga memusnahkan 23 kapal nelayan asing asal Malaysia dan Vietnam yang dituduh melakukan illegal fishing di perairan Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan pihaknya menenggelamkan 10 kapal Malaysia dan 13 kapal Vietnam yang tertangkap menangkap ikan secara ilegal di perairan Indonesia.
China belum mengklaim Kepulauan Natuna, tetapi mengatakan memiliki hak penangkapan ikan di dekatnya di “sembilan garis putus-putus” yang memproklamirkan diri yang mencakup sebagian besar Laut China Selatan yang kaya energi.
Klaim ini ditentang oleh beberapa negara Asia Tenggara dan tidak diakui secara internasional oleh Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag.
“Sarjana makanan bersertifikat. Pencinta internet. Guru budaya pop. Gamer yang tidak menyesal. Penggemar musik fanatik.”