Peneliti dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengungkapkan bahwa upaya Israel untuk membentuk Zona Demiliterisasi di Gaza adalah bagian dari upaya mereka untuk menguasai kembali wilayah tersebut, meskipun hal ini telah ditolak oleh dunia internasional. Menurut Machmudi, pembentukan zona demiliterisasi ini akan memperkuat penjajahan Israel di Gaza dan menghalangi akses kemanusiaan serta kebutuhan pokok penduduk Gaza. Ia juga mengungkapkan bahwa kemungkinan obsesi perang di bawah kepemimpinan Netanyahu dapat mengarah pada genosida dengan potensi kematian massal.
Teuku Rezasyah, seorang ahli Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, juga berpendapat bahwa ambisi Israel untuk membangun Zona Demiliterisasi di Gaza akan mempercepat terwujudnya Nakbah. Nakbah adalah peristiwa ketika warga Palestina terpinggirkan dan mengungsi ke wilayah Gaza Selatan. Menurut Rezasyah, pembangunan zona demiliterisasi ini akan menyebabkan pemukiman Palestina semakin terjepit dan terpinggirkan.
Prof. Kobi Michael dari Institute for National Security Studies (INSS) menambahkan bahwa demiliterisasi di Gaza diperlukan untuk memulihkan sistem di sana dan mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Namun, dia juga menyadari bahwa demiliterisasi penuh di Gaza tidak mungkin tercapai dalam kondisi saat ini. Kobi Michael juga menekankan pentingnya pengakuan internasional terhadap perlunya demiliterisasi Gaza dan Israel harus memastikan adanya mekanisme dan legitimasi internasional sebagai tanggapan terhadap pelanggaran.
Proses demiliterisasi Gaza adalah proses yang memakan waktu serta membutuhkan tekad, ketekunan, dan kolaborasi antara banyak pihak. Namun, dengan kemajuan yang telah dicapai, Israel dapat meningkatkan posisi strategisnya dalam upaya memulihkan wilayah Gaza.
“Ninja internet yang tak tersembuhkan. Ahli daging. Sangat introvert. Analis. Pakar musik. Pendukung zombie.”
