COVID-19 Memicu Krisis Tempat Kerja International | Suara Amerika

JENEWA – Perundingan solusi krisis perburuhan world yang dipicu oleh pandemi COVID-19 akan menjadi pusat diskusi di Konferensi Perburuhan Internasional selama dua minggu ke depan. Sekitar 4.700 delegasi dari 176 negara telah mendaftar untuk menghadiri konferensi, yang diadakan secara virtual untuk pertama kalinya karena pandemi.

Dalam sambutan pembukaannya, Direktur Jenderal Organisasi Perburuhan Internasional, Male Ryder, mengatakan kepada audiens yang sebagian besar tidak terlihat bahwa tindakan worldwide diperlukan untuk mengatasi apa yang disebutnya dampak bencana COVID -19 pada dunia kerja.

Ryder mengatakan krisis pekerjaan ini empat kali lebih buruk daripada yang dipicu oleh krisis keuangan 2008 dan 2009. Dia mengatakan 255 juta pekerjaan penuh waktu hilang tahun lalu karena pandemi, menghapus $ 3,7 triliun pendapatan tenaga kerja.

“Seratus delapan juta orang kembali ke kemiskinan aktif, dan yang paling rentan dan sudah dirugikan [are] yang paling terpukul – kaum muda, perempuan, pekerja casual, migran… Pandemi telah menghadapkan kita dengan kebrutalan yang tak tertahankan dengan realitas dan konsekuensi dari berbagai ketidaksetaraan dan tumbuh di masyarakat kita, ”katanya.

Ryder mencatat bahwa pandemi telah memperburuk ketidaksetaraan yang sudah ada. Dia mengatakan mereka telah mengeras menjadi ketidakadilan struktural yang mendalam, memperlebar kesenjangan kesetaraan antara negara-negara kaya dan miskin.

Dia mengatakan semua masyarakat telah menderita kehilangan kesehatan dan kekayaan yang tak tertahankan, tetapi dia mengatakan pemulihan dari pandemi sekarang sedang berlangsung di negara-negara kaya yang memiliki akses ke vaksin yang menyelamatkan jiwa. Negara-negara ini, tambahnya, dapat berharap untuk kembali ke tingkat PDB pra-pandemi dengan cukup cepat.

“Tetapi untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan sebagian besar negara berkembang, pandangannya sangat berbeda. Intinya adalah, ketidaksetaraan mencolok dalam distribusi vaksin dan daya tembak fiskal yang sangat berbeda akan menyuntikkan dosis ganda ketidaksetaraan lebih lanjut ke dunia kerja, dengan pengingat konektivitas electronic yang tidak merata. Artinya, kecuali jika langkah-langkah yang disengaja diambil untuk mencegahnya, ”kata Ryder.

READ  Bulu tangkis: waspadalah, juara dunia Loh Kean Yew "baru saja dimulai"

Kepala ILO mencatat bahwa krisis worldwide yang mengerikan ini membutuhkan tanggapan world. Dia mengatakan bahwa hanya tindakan internasional yang efektif yang dapat menjembatani kesenjangan yang semakin besar antara negara-negara kaya dan miskin.

Written By
More from Faisal Hadi
Jokowi: Indonesia bisa jadi ekonomi ketujuh dunia pada 2030
TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyampaikan bahwa Indonesia berpotensi menjadi...
Read More
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *