Kementerian perikanan negara itu mengatakan telah mendirikan enam desa seperti itu dan akan menambah 130 lagi pada akhir tahun 2022, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Mongabay. Desa akan membudidayakan produk perikanan budidaya yang bernilai tinggi, antara lain udang, kepiting, dan rumput laut, dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor nasional, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Meskipun rencana tersebut disambut secara luas, kekhawatiran diungkapkan tentang kemungkinan degradasi habitat dan polusi yang disebabkan oleh pertanian – perusakan hutan bakau yang kaya karbon menjadi perhatian khusus. Selama tiga dekade terakhir, Indonesia telah kehilangan hampir setengah dari luas mangrove, menurut Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR).
Namun, tahun lalu Presiden Indonesia Widodo menetapkan tujuan ambisius untuk menanam kembali bakau di 600.000 hektar garis pantai yang rusak pada tahun 2024.
Abdul Halim, direktur eksekutif Heart for Maritime Studies for Humanity, mengatakan kepada Mongabay bahwa pemerintah juga harus mampu mengatasi masalah pengelolaan limbah yang sudah lama terkait dengan budidaya perikanan, yang biasanya membuang limbah ke laut atau danau.
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”