Indonesia siap menjadi pusat produksi vaksin berbasis mRNA untuk Asia Tenggara

Jakarta. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Indonesia sebagai salah satu penerima transfer teknologi vaksin mRNA, menandakan kepercayaan organisasi tersebut terhadap negara tersebut untuk menjadi hub produksi vaksin Covid-19 di kawasan Asia Tenggara, kata seorang menteri, Kamis.

WHO mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka akan memasok lima negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan produksi vaksin mRNA, serupa dengan yang saat ini diproduksi oleh raksasa farmasi multinasional Pfizer dan Moderna.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan ini bertujuan untuk menutup kesenjangan di lokasi produksi yang terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Selain Indonesia, WHO mengatakan akan berbagi teknologi dengan Bangladesh, Pakistan, Serbia, dan Vietnam untuk mempercepat pembuatan dan pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan pengumuman WHO tersebut merupakan hasil dari lobi yang intens oleh kementerian, kesehatan, dan kementerian luar negeri.

“Kolaborasi yang baik antara Menkes, Menlu, dan kami BUMN membuat WHO mempercayakan Indonesia untuk memproduksi vaksin mRNA,” kata Erick, Kamis.

Erick mengatakan perusahaan farmasi milik negara Bio Farma akan memproduksi vaksin mRNA. Bio Farma telah lama dikenal sebagai produsen vaksin terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 3,2 miliar, termasuk 14 jenis vaksin yang diekspor ke 150 negara, kata Erick.

“Kepercayaan WHO baru permulaan. Ini juga bagian dari system transformasi besar-besaran yang kami lakukan di perusahaan induk farmasi yang dikendalikan negara,” kata Erick.

Erick mengatakan tujuan transformasi perusahaan induk farmasi ini adalah untuk menyediakan produk dan layanan kesehatan berkualitas tinggi yang terintegrasi, terjangkau, dan berfokus pada pelanggan.

Erick menambahkan, Indonesia juga telah menjadikan bidang kesehatan sebagai salah satu fokus utama kepresidenan G20. Erick merasa masalah distribusi vaksin dan alih teknologi harus menjadi prioritas untuk mengatasi permasalahan di bidang kesehatan.

READ  Departemen Luar Negeri AS luncurkan kemitraan dengan Google di Indonesia dan Vietnam

“Karena kalau kita bicara kesehatan, kita tidak hanya berbicara tentang kegiatan kesehatan, tetapi kita juga berbicara tentang ekonomi, pendidikan, sosial dan lain-lain,” katanya.

Written By
More from Faisal Hadi
Hampir 100 negara, termasuk Brasil, berjanji untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030
Lebih dari 100 negara di seluruh dunia, termasuk Brasil, berjanji untuk mengakhiri...
Read More
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *