TEMPO.CO, Jakarta – Para ahli dapat memainkan peran penting dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap potensi bencana di negara ini, kata sekretaris Nasional Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB), Lilik Kurniawan, menegaskan.
“Mereka adalah pakar atau akademisi dalam penta-helix mitigasi bencana di Indonesia,” kata Kurniawan dalam diskusi virtual tentang peran para pakar dalam membangun ketahanan terhadap bencana, di Jakarta, Sabtu. Dia menjadi pembicara utama dalam diskusi tersebut.
Penta-helix oleh BNPB merupakan bagian dari gotong royong banyak pihak untuk mitigasi bencana, tambahnya.
Intelektual, sebagai bagian dari penta-helix, dapat berkontribusi besar dalam mitigasi bencana, katanya. Dia mencontohkan bagaimana para ilmuwan dan peneliti berperan dalam berkontribusi dan bekerja untuk mengurangi risiko bencana.
Menurutnya, peran akademisi dalam mitigasi bencana sangat penting, mengingat Indonesia telah mengalami beberapa bencana yang membuat penduduknya lebih tanggap dan tahan terhadap potensi bencana.
Sementara itu, Syamsul Maarif yang memimpin BNPB dari 2008 hingga 2015, menandaskan bahwa Indonesia bukan sekadar “supermarket bencana”, artinya Indonesia adalah negara tempat banyak bencana terjadi.
“Kita harus memulai dengan paradigma baru, yaitu Indonesia sebagai laboratorium bencana,” ujarnya.
Oleh karena itu, peran akademisi dan pakar akan mendorong keuletan bersama, katanya. Maarif menambahkan, saat mengepalai BNPB selalu menekankan peran perguruan tinggi dalam penanggulangan bencana.
Dia mengatakan telah mendorong penggunaan konsep ilmiah dan inovasi teknologi asli untuk mitigasi bencana, terutama pengurangan risiko bencana.
Sebelumnya, BNPB menekankan bahwa penelitian dan inovasi sangat penting untuk mempercepat pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bagian dari solusi untuk bencana mitigasi, menurut UU No. 24 Tahun 2007, kata Kurniawan.
Membaca: Pusat Kajian Aceh untuk Tingkatkan Literasi dalam Bencana: Perpustakaan Nasional
DI ANTARA
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”