Saya menantikan kontribusi pengusaha Amerika untuk pengembangan infrastruktur electronic
Jakarta (ANTARA) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menarik perhatian pengusaha Amerika Serikat terhadap potensi dan keseriusan ekonomi digital Indonesia untuk memfasilitasi pembangunan yang merata dan bermanfaat bagi semua.
Dalam pertemuan sebagai bagian dari agenda KTT AS-ASEAN di Washington DC, Jokowi mengklaim bahwa valuasi ekonomi electronic Indonesia diperkirakan mencapai US$146 miliar (sekitar Rp2.132 miliar), atau hampir setengahnya dari US$330 miliar ( sekitar 4 rupee, 821 miliar) di kawasan Asia Tenggara.
“Di Asia Tenggara, nilai ekonomi electronic diperkirakan mencapai $330 miliar pada 2025, dan di Indonesia, ekonomi electronic tumbuh 20% per tahun hingga mencapai $146 miliar pada 2025,” kata Jokowi, Jumat.
Presiden juga menyoroti iklim bisnis electronic di Indonesia, dengan 2.346 get started-up saat ini, terbesar kelima di dunia.
Di antara perusahaan-perusahaan tersebut, Indonesia memiliki dua startup yang saat ini telah memperoleh position decacorn, dengan valuasi setara $10 miliar, dan delapan lainnya telah menjadi unicorn, dengan valuasi hingga $1 miliar.
Untuk itu, Presiden Jokowi mengajak pengusaha Amerika untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi electronic di Indonesia.
“Saya mengharapkan kontribusi pengusaha Amerika dalam mengembangkan infrastruktur digital, memfasilitasi peningkatan kapasitas electronic, dan membantu Indonesia memasuki rantai nilai international melalui digitalisasi,” ujarnya.
Peserta lain pada pertemuan tersebut termasuk Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, Ted Osius dari Dewan Bisnis AS-ASEAN dan CEO Google, Chevron, Boeing, Qualcomm, ConocoPhillips dan Marriot Worldwide.
Menlu Retno Marsudi dan Dubes RI untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut.
Berita terkait: Bakat electronic yang terampil mendorong pertumbuhan ekonomi electronic: Menteri
Product berita terkait: G20: WEF menyajikan tiga proposal untuk ekonomi digital “get-gain”
Berita terkait: Menkeu dorong transformasi ekonomi digital melalui system BEDIL
“Sarjana musik ekstrem. Penggemar kopi yang ramah. Penginjil makanan. Pembaca hardcore. Introvert freelance. Pengacara Twitter.”