Pemimpin dan pendiri milisi Hamas, Saleh Mohammed Suleiman Al Arouri, tewas dalam sebuah serangan udara Israel di selatan Beirut, Lebanon. Serangan tersebut dilaporkan menggunakan drone. Hamas menyebut serangan udara tersebut sebagai serangan udara “Zionis yang berbahaya”. Selain Al Arouri, dua pemimpin milisi Hamas lainnya juga tewas dalam serangan tersebut. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menegaskan bahwa milisi Hamas tidak akan pernah terkalahkan. Haniyeh juga menyalahkan Israel atas kematian para pemimpin Hamas.

Reaksi negatif terhadap serangan tersebut datang dari Houthi di Yaman. Mereka mengutuk serangan udara tersebut dan menyebutnya sebagai “kejahatan pengecut”. Serangan udara Israel ke Beirut terjadi saat perang antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza masih berlangsung. Dalam perang ini, lebih dari 22.185 warga sipil Palestina tewas dan lebih dari 57 ribu orang terluka.

Selain itu, milisi Hizbullah di Lebanon juga dikabarkan membantu Hamas menyerang Israel. Serangan ke Beirut merupakan yang pertama kali dilakukan Israel di wilayah yang bukan dikuasai oleh Hizbullah. Kehadiran Hizbullah dalam konflik ini dapat memperkeruh dan memperluas perang antara Israel dan Hamas.

Serangan udara ini memiliki potensi untuk memperdalam ketegangan antara Israel dan Palestina. Dengan kematian para pemimpin Hamas, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan serangan balasan oleh kelompok tersebut. Situasi yang semakin memanas ini semakin menunjukkan eskalasi perang yang berkepanjangan antara Israel dan Hamas, serta memperluas perang ini ke wilayah Lebanon.

Keberlanjutan perang yang terjadi di wilayah ini berdampak buruk bagi warga sipil Palestina dan Israel yang menjadi korban. Perlunya negosiasi dan upaya rekonsiliasi yang konstruktif dianggap sangat penting dalam menyelesaikan konflik ini dan mencapai stabilitas jangka panjang di Timur Tengah.